Brankas
Brankas

Pengertian Open Banking, Fitur, dan Regulasinya

Pengertian Open Banking, Fitur, dan Regulasinya

Open Banking adalah konsep penerapan teknologi dalam institusi finansial yang memungkinkan lembaga keuangan (bank dan nonbank) memberikan akses data atau fitur tertentu kepada pihak lain. Pihak lain ini bisa terdiri dari startup fintech ataupun layanan digital lainnya yang ingin memiliki kapabilitas transaksi keuangan. Adapun data yang bisa diakses dapat berupa informasi nasabah, data transaksi, dan lain sebagainya — dengan izin dan otoritas penuh dari pemilik data (nasabah). Tujuan utamanya Open Banking untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih terbuka, inovatif, kolaboratif, dan kompetitif.

Perkembangan Open Banking dipicu dari komputerisasi dalam industri perbankan mulai masif, tepatnya di awal 2000-an. Meskipun demikian, di era tersebut fitur yang ditawarkan masih sangat terbatas, pun pihak-pihak yang menyediakan maupun memanfaatkannya. Satu dekade berselang, perkembangan teknologi dan regulasi digitalisasi perbankan mulai menggeser paradigma industri keuangan. Di Uni Eropa sendiri, Payment Services Directive (PSD) yang dikenalkan tahun 2009 membuka pintu bagi perusahaan pihak ketiga untuk menyediakan layanan pembayaran, menandai langkah awal menuju pembentukan lingkungan Open Banking.

Beberapa tahun berikutnya, pemerintah Inggris mulai mendukung ide Open Banking sebagai bagian dari upaya untuk mendorong inovasi dan persaingan dalam sektor keuangan. Komite Komisi Perbankan dan Keuangan (PCBF) secara aktif mendorong penerapan standar terbuka dalam sistem perbankan untuk mendorong kemajuan konsep tersebut.

Pada tahun 2018, pergeseran ini semakin nyata dengan diterapkannya Payment Services Directive 2 (PSD2) di Eropa. Regulasi ini mewajibkan bank-bank untuk memberikan akses kepada pihak ketiga ke data rekening dengan izin dari nasabah. Langkah ini mendorong perkembangan layanan fintech dan mempercepat adopsi Open Banking di berbagai belahan dunia. Hingga 2020-an, semakin banyak negara seperti Australia, Kanada, dan Singapura, mulai mengadopsi konsep Open Banking atau merancang regulasi serupa, memperkuat momentum global menuju ekosistem keuangan yang lebih terbuka dan beragam.

Fitur Open Banking

Sesuai dengan fungsi utamanya, Open Banking menyediakan akses terbuka terhadap data keuangan. Melalui mekanisme Open API, layanan tersebut memberikan kemampuan kepada platform digital pihak ketiga untuk berinteraksi dan berkolaborasi dalam ekosistem keuangan. Atas dasar fungsi tersebut, berikut ini sejumlah fitur utama yang disediakan oleh platform Open Banking:

1. Akses data keuangan

Melalui konsep Open Banking, nasabah dapat memberikan izin atas data keuangan yang dimiliki pada layanan perbankan tertentu kepada pihak ketiga seperti aplikasi fintech atau e-commerce. Informasi yang bisa diberikan biasanya berupa saldo, transaksi, dan data keuangan lainnya. Data ini biasanya dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk membantu menilai skor kredit, membuat laporan keuangan pribadi, dan lain sebagainya.

Untuk memudahkan penggunaan fitur Open Banking ini, Brankas menyediakan API Bank yang bisa dihubungkan ke dalam aplikasi. Ini memudahkan pengembang untuk terhubung ke sistem perbankan populer, misalnya BRI, BNI, Mandiri, Danamon, OCBC NISP, Neo Commerce, dan sebagainya. Pelajari tentang API Data tersebut di sini.

2. Transaksi pembayaran dan transfer

Setelah nasabah memberikan izin akses ke layanan pihak ketiga, beberapa kapabilitas perbankan dapat dilakukan melalui aplikasi pihak ketiga tersebut. Misalnya, ketika Open Banking diterapkan ke e-commerce, memungkinkan pengguna untuk secara langsung melakukan pembayaran dengan memotong saldo yang ada di rekeningnya. Skenario lain misalnya untuk pembayaran otomatis (berlangganan) ke layanan digital tertentu.

3. Agregasi layanan keuangan

Open Banking juga memungkinkan pengembang aplikasi untuk menggabungkan informasi dari beberapa akun keuangan yang dimiliki oleh pengguna. Praktik ini biasanya dilakukan pengembang layanan manajemen keuangan, untuk membantu pengguna mendapatkan laporan transaksi di beberapa rekening dalam satu dasbor terpadu.

Manfaat Open Banking

Open Banking membawa sejumlah manfaat bagi industri keuangan dan konsumen. Pertama, ini merangsang lahirnya inovasi finansial yang beragam. Dengan membuka akses data dan layanan, perusahaan fintech dan pengembang dapat menciptakan solusi baru yang lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Layanan pembayaran yang lebih inovatif, alat manajemen keuangan yang canggih, dan produk investasi yang lebih terjangkau dapat tumbuh dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada konsumen.

Kedua, Open Banking membuka akses lebih luas terhadap berbagai layanan keuangan. Konsumen dapat memilih dari berbagai produk dan layanan yang lebih sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Kemudahan ini membantu menciptakan pengalaman finansial yang lebih personal dan fleksibel.

Ketiga, transaksi keuangan menjadi lebih mudah dan cepat berkat Open Banking. Nasabah dapat dengan mudah melakukan pembayaran, transfer dana, dan transaksi lainnya melalui aplikasi pihak ketiga tanpa perlu beralih antar-platform. Hal ini memudahkan pengelolaan keuangan sehari-hari.

Terakhir, Open Banking meningkatkan transparansi dan kemampuan perbandingan di dalam industri keuangan. Konsumen memiliki akses lebih baik terhadap aktivitas keuangan mereka dan dapat dengan mudah membandingkan produk dan layanan dari berbagai penyedia. Ini mendorong persaingan yang lebih sehat di antara penyedia layanan keuangan dan memberikan konsumen lebih banyak pilihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Regulasi Open Banking

Awalnya di Indonesia belum ada regulasi spesifik yang menjelaskan tentang Open Banking. Namun demikian inisiatif Open Banking telah menjadi bagian pada Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) yang dirilis tahun 2019 lalu. Pada 17 Agustus 2021, Standar Open API Pembayaran (SNAP) resmi diluncurkan oleh Bank Indonesia. SNAP menjadi langkah penting dalam menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif. Beleid ini juga bertujuan untuk mendorong integrasi, interkoneksi, interoperabilitas, serta keamanan dan keandalan infrastruktur sistem pembayaran.

Regulasi yang terus berkembag mendukung industri, ditambah dengan peluang pasar besar menjadikan urgensi tersendiri bagi para pelaku industri keuangan untuk memanfaatkan peluang Open Banking ini. Di sisi institusi finansial, Brankas juga mengembangkan Open Core, sebuah sistem operasi yang memungkinkan bank atau institusi keuangan lainnya meningkatkan kapabilitasnya demi menghadirkan layanan berbasis Open Banking. Ini sekaligus menjadi upaya untuk melahirkan model bisnis dan peluang revenue baru untuk institusi finansial terkait. Pelajari tentang Open Core di sini.

Brankas Menjadi Perusahaan Pertama di Indonesia yang Mendapatkan Lisensi Open Banking Data

Brankas adalah perusahaan pertama yang berhasil memperoleh lisensi PJP Kategori 2 untuk Account Information Services (AInS) dari Bank Indonesia, menandai tonggak penting dalam Open Banking Data di Indonesia dan memberikan transparansi tambahan kepada bisnis mengenai transaksi pembayaran.

Brankas hari ini mengumumkan bahwa Brankas menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan lisensi Account Information Services / Layanan Penyediaan Informasi Sumber Dana (AInS) setelah berhasil memperoleh lisensi Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) Kategori 2 dari Bank Indonesia (BI). Sekarang pelanggan dapat menggunakan Brankas untuk membagikan informasi saldo rekening bank mereka secara aman untuk inisiasi pembayaran, memungkinkan verifikasi pembayaran real-time dan pemberitahuan otomatis jika dana tidak mencukupi. Di bawah PJP Kategori 2, Brankas juga telah memperoleh lisensi Payment Initiation and/or Acquiring Services / Layanan Inisiasi dan/atau Penerimaan Pembayaran (PIAS).

BI telah resmi menyetujui penggunaan Brankas Direct API sebagai solusi pay-by-bank terintegrasi dengan visibilitas informasi saldo rekening. Saat ini, Brankas Direct menjadi salah satu solusi pembayaran melalui rekening bank yang menawarkan proses penyelesaian real-time, yang memungkinkan dana dipindahkan secara instan tanpa risiko fraud atau kehilangan yang biasa terjadi di metode escrow tradisional. Hal ini juga memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran digital dengan mudah tanpa perlu memiliki atau membawa kartu kredit/debit secara fisik.

Sistem lisensi PJP Bank Indonesia mengawasi penyedia jasa pembayaran berdasarkan kegiatan yang mereka lakukan. Lisensi PJP Kategori 2 secara khusus memberikan izin kepada Brankas untuk beroperasi dalam dua area, yakni AInS dan PIAS. Berikut penjelasannya:

Layanan Penyediaan Informasi Sumber Dana (AInS)

Fintech, ritel, hingga perusahaan online dapat menggunakan Brankas Direct API untuk mengakses informasi rekening bank yang terhubung dari pelanggan mereka secara aman. Penambahan kemampuan read-only ini memungkinkan verifikasi transaksi real-time untuk pengembalian atau pembayaran. Ini memberikan jaminan ekstra kepada pelanggan untuk pengembalian dana dan pembayaran yang berhasil diproses, sembari mengurangi risiko fraud dari transaksi yang tidak sah. Bisnis dengan model pembayaran berlangganan (recurring payment) juga dapat memberitahu ke pelanggan sejak dini mengenai kondisi saldo rekening yang tidak mencukupi, sehingga mengurangi potensi gangguan layanan atau biaya tambahan dari pembayaran yang gagal dilakukan.

Layanan Inisiasi dan/atau Penerimaan Pembayaran (PIAS)

Brankas sekarang diizinkan untuk menyelenggarakan layanan penerusan transaksi pembayaran pelanggan dan penerimaan pembayaran untuk bisnis. Pembayaran yang diakomodasi bisa berupa premi asuransi, pembayaran pinjaman, transaksi e-commerce, pengisian ulang e-wallet, langganan online, hingga payment gateway virtual accounts.

“Kami sangat mengapresiasi kepercayaan yang telah diberikan Bank Indonesia kepada Brankas untuk menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki lisensi AInS. Memecahkan masalah pelanggan adalah prioritas utama kami, dan kami sangat senang bahwa API pembayaran kami membantu mempercepat rekonsiliasi, mengurangi kegagalan pembayaran, dan memungkinkan pengalaman embedded finance,” ujar Co-Founder & CEO Brankas, Todd Schweitzer.

Segera bergabung dengan Brankas Direct untuk memberikan solusi integrasi kepada pelanggan Anda.

Tentang Brankas

Brankas adalah salah satu pionir penyedia teknologi Open Finance. Kami menyediakan solusi berbasis API, data finansial dan pembayaran bagi penyedia layanan keuangan (seperti bank, pemberi pinjaman dan e-wallet) serta bisnis online. Brankas juga bermitra dengan bank untuk pengembangan infrastruktur open finance, pengembangan API, pembayaran instan, verifikasi identitas, pembukaan rekening bank, dan lainnya. Dengan sistem keamanan yang terjamin, pelaku bisnis, perusahaan fintech dan bank digital dapat menciptakan pengalaman digital yang nyaman dan aman bagi para penggunanya.

Bank Digital yang Menyajikan Layanan untuk Bisnis

Bank Digital yang Menyajikan Layanan untuk Bisnis

Layanan perbankan terus berevolusi dari tahun ke tahun, dengan digitalisasi menjadi salah satu tujuannya. Komputerisasi dalam perbankan sendiri telah dimulai sejak era 1970-an, kala itu sistem komputer mulai digunakan untuk mengelola data nasabah dan transaksi. Kemudian satu dekade setelahnya, mesin ATM dan jaringan elektronik perbankan diperkenankan, menghubungkan cabang-cabang bank dalam sistem tunggal.

Transformasi yang lebih signifikan terjadi pada 1990-an dengan munculnya layanan perbankan online yang memanfaatkan kemajuan internet. Makin masifnya pemanfaatan internet pada tahun 2000-an, mendorong perbankan mengembangkan aplikasi yang memudahkan para nasabahnya. Kemudian di tahun 2020-an, bank digital semakin terintegrasi dengan berbagai aspek keuangan, termasuk investasi dan manajemen keuangan pribadi.

Saat ini, adanya teknologi seperti kecerdasan buatan, analisis data, hingga blockchain semakin memainkan peran penting dalam menciptakan pengalaman perbankan yang lebih personal dan aman. Di pasar pun, nasabah disuguhkan dengan beragam layanan bank digital — baik untuk menunjang kebutuhan personal maupun bisnis.

Bank digital di Indonesia

Saat ini aja sejumlah layanan bank digital yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Layanan ini hadir dari perusahaan perbankan yang melakukan transformasi digital maupun perusahaan teknologi baru yang menyuguhkan khusus konsep perbankan digital. Salah satu kelebihan yang ditawarkan adalah branchless, semua proses dari pembukaan rekening sampai pengajuan layanan dilakukan sepenuhnya melalui aplikasi bank digital yang tersedia.

Berikut ini daftar bank digital yang saat ini sudah bisa digunakan ke publik:

  1. Allo Bank
  2. Blu
  3. BukaTabungan
  4. Digibank
  5. HiBank
  6. Hijra
  7. Jago
  8. Jenius
  9. Krom
  10. Line Bank
  11. Livin
  12. Motion Bank
  13. Neobank
  14. Nyala
  15. Raya
  16. Seabank
  17. Superbank
  18. TMRW
  19. Wokee

Untuk menggunakan salah satu atau beberapa aplikasi tersebut, pengguna cukup mengunduh aplikasinya melalui Google Playstore atau Appstore, kemudian melakukan pendaftaran. Dalam proses pendaftaran, pengguna akan melalui proses e-KYC untuk memverifikasi identitas — proses ini umumnya terdiri dari pengunggahan dokumen identitas (KTP), swafoto, hingga panggilan video bersama petugas dari perbankan terkait.

Bank Digital untuk Bisnis

Di antara beberapa bank digital di atas, ada sejumlah aplikasi yang turut memberikan opsi khusus untuk pengguna bisnis. Dalam artian, ada layanan perbankan yang disesuaikan untuk membantu mengelola arus kas bisnis. Berikut ini beberapa yang telah merilis fitur bank digital untuk bisnis:

Bank Neo Commerce

Setelah pengguna mendaftarkan diri ke aplikasi Neo Commerce, maka akan diberikan opsi untuk mengaktifkan fitur khusus bisnis. Adapun fitur unggulan yang disediakan Bank Neo Commerce untuk bisnis adalah Giro dan Deposito yang dikhususkan untuk perusahaan.

SeaBank

Bank satu ini merupakan salah satu unit di bawah induk perusahaan Shopee (SEA Ltd.). Bank digital ini bisa dimanfaatkan oleh UMKM, terutama merchant yang berjualan di layanan marketplace Shopee. Ini dikarenakan layanan Seabank bisa terhubung secara langsung di aplikasi Shopee, untuk mengakomodasi transaksi di dalamnya.

BukaTabungan

BukaTabungan diperuntukkan bagi pengguna Bukalapak, termasuk para merchant yang berjualan di sana. Layanan ini diinisiasi atas kerja sama Bukalapak dengan Standard Chartered sekali investor mereka. Selain bisa membuka rekening langsung lewat aplikasi, layanan BukaTabungan juga terhubung langsung dengan marketplace hingga layanan investasi yang dimiliki grup Bukalapak.

HiBank

HiBank adalah anak usaha dari Bank BNI yang fokus menyediakan aplikasi perbankan digital yang didesain secara khusus untuk pelaku UMKM di Indonesia. Selain fitur perbankan pada umumnya, di dalamnya terdapat sejumlah produk keuangan, termasuk pinjaman dan permodalan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku bisnis kecil. HiBank baru meluncur tahun ini dan saat ini tengah dalam fase beta.

Raya

Bank Raya merupakan anak usaha dari BRI, dulunya bernama BRI Agro. Salah satu fokusnya adalah untuk memfasilitasi kebutuhan transaksi UMKM di kota tier-2 dan 3. Raya menyajikan layanan perbankan digital yang memudahkan penggunanya untuk bisa memiliki rekening bank dan mengakses berbagai produk perbankan secara digital tanpa harus datang ke kantor cabang.

Masa Depan Bank Digital

Menurut data Bank Indonesia, per Januari 2023 ada $324,18 miliar atau setara Rp4.900 triliun transaksi yang dilakukan melalui layanan bank digital di Indonesia. Angka ini akan terus bertumbuh seiring dengan indeks literasi keuangan yang meningkat dan perekonomian yang kian membaik. Sehingga, diprekdiksi bank digital ke depannya akan menjadi salah satu saranan finansial penting di semua kalangan, termasuk untuk mereka yang saat ini masih dikategorikan sebagai underserved dan unbankable.

Kemudian, tren yang juga turut berkembang bersama bank digital adalah embedded banking. Pada dasarnya konsep ini memungkinkan berbagai aplikasi digital untuk bisa menyematkan kapabilitas transaksi keuangan ala bank di dalamnya. Konsepnya mirip apa yang dilakukan BukaTabungan, lewat aplikasi e-commerce pengguna dapat membuka rekening dan melakukan berbagai aktivitas keuangan lainnya. Untuk mendukung kebutuhan ini dibutuhkan layanan Open Banking.

Brankas adalah salah satu penyedia layanan Open Banking yang dapat membantu pengembang bank digital menyediakan pengalaman pengguna yang lebih baik. Menggunakan layanan API Brankas, pengguna dapat menyederhanakan backend layanan, karena memudahkan pengembang terhubung langsung dengan mitra-mitra terpercaya. Dengan API Brankas, berbagai kapabilitas transaksi perbankan bisa diberdayakan, mulai dari transfer dana, pengelolaan data, dan lain-lain. Saat ini Brankas juga telah bekerja sama dengan sejumlah bank terbaik di Asia Tenggara, seperti OCBC NISP, KBank, SCB, dan lain-lain.

Manfaat Open Banking API dan Penerapannya dalam Industri Keuangan

Manfaat Open Banking API dan Penerapannya dalam Industri Keuangan

Open Banking API adalah sebuah konsep yang memungkinkan lembaga jasa keuangan (bank dan nonbank) berbagi data pelanggan secara aman dengan pihak ketiga secara aman melalui mekanisme Application Programming Interface (API) yang terhubung ke dalam backend aplikasi. Kegiatan berbagi data ini juga turut melibatkan nasabah sebagai pemberi autentikasi dan otorisasi atas data yang mereka miliki. Praktik Open Banking sudah dimulai sejak tahun 2000-an, saat teknologi mulai merevolusi industri perbankan dan menghasilkan layanan keuangan modern berbasis digital.

Implementasi Open Banking API menjadi penting, karena industri teknologi finansial (fintech) saat ini memiliki peluang yang cukup menjanjikan. Terkait pangsa pasar Open Banking sendiri, diproyeksikan oleh Polaris Market Research ukuran pasarnya telah mencapai $16,14 miliar di tahun 2021 dan akan terus bertumbuh dengan CAGR 26,8% hingga tahun 2030 dengan revenue mencapai $128,12 miliar. Jelas bagi lembaga keuangan seperti bank ini bisa menjadi sumber revenue baru, untuk melayani segmen B2B pengembang layanan keuangan digital.

Manfaat Open Banking API

Pada dasarnya, Open Banking API bisa dimanfaatkan oleh berbagai aplikasi fintech yang membutuhkan data nasabah perbankan/layanan keuangan untuk menunjang model bisnisnya. Ambil contoh untuk layanan digital personal finance (wealthtech), Open Banking API bisa membantu mereka menghubungkan data transaksi yang dilakukan nasabah untuk selanjutnya dicatat dan dianalisis untuk membantu pengguna menilai kesehatan finansialnya. Contoh lainnya untuk fintech lending, Open Banking API bisa membantu mereka melakukan repayment atau disbursement secara otomatis — bergantung pada use case yang ingin diterapkan.

Secara umum, terdapat 5 manfaat utama yang bisa didapatkan oleh pengembang fintech dengan Open Banking API, sebagai berikut:

1. Kemudahan Akses Data

Melalui API, pengembang dapat menghubungkan aplikasinya dengan sistem server yang dimiliki oleh perbankan. Adanya standardisasi Open API di sistem pembayaran juga membuat prosesnya tidak rumit dan tidak memerlukan infrastruktur yang mahal. Data yang diambil juga bersifat “on-demand”, artinya bank hanya akan memberikan data nasabah yang memberikan izin atau otorisasi saja. Dan di sisi pengguna akhir pun selain mengizinkan, bisa juga memutuskan konektivitas data tersebut.

Bank yang menghadirkan model bisnis Open Banking API biasanya akan memiliki kanal khusus yang dapat dimanfaatkan developer untuk mendapatkan akses ke API fitur tertentu. Hal ini mengingat bahwa setiap fungsi (data, transaksi, identitas, verifikasi dll) akan memiliki baris API yang berbeda. Kanal developer tersebut biasanya juga sudah dilengkapi dengan dokumentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk teknis guna memudahkan pengembang untuk mengimplementasikan APInya.

2. Membuka Peluang Inovasi

Open Banking API memungkinkan inovator di bidang fintech untuk melahirkan berbagai layanan keuangan digital baru untuk konsumen memanfaatkan basis data yang dimiliki bank. Sejumlah layanan fintech modern saat ini telah memanfaatkan Open Banking API, seperti aplikasi manajemen keuangan keluarga, marketplace atau layanan perbandingkan produk keuangan, aplikasi asuransi digital, dan lain sebagainya. Teknologi Open Banking pada dasarnya mendorong kolaborasi antara bank dan fintech.

Di saat bersamaan sisi regulator memberikan keleluasaan kepada pengembang untuk menghasilkan model bisnis baru. Melalui regulatory sandbox, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan terus membuka peluang layanan keuangan inovatif baru untuk diuji dan diberi izin atau lisensi PJP — dengan tujuan akhir meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan untuk seluruh masyarakat Indonesia.

3. Keamanan Transaksi Data

Open Banking API memiliki standarisasi akses data yang ketat, penerapannya harus sesuai dengan regulasi. Sehingga agar bisa saling terhubung, institusi keuangan yang menyediakan layanan Open Banking dan pihak ketiga yang ingin terhubung harus mematuhi ketentuan tersebut. Dalam lalu-lintas data, data-data dalam transaksi Open Banking turut dienkripsi melalui model keamanan yang ketat untuk menghindarkan dari potensi kebocoran data. Pemain seperti Brankas yang juga menyediakan kapabilitas Open Banking API telah memiliki sertifikasi ISO EIC 27001 yang telah memvalidasi keamanan manajemen sistem informasi yang dikembangkan. Brankas juga telah menyandang sertifikasi PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard) untuk mengamankan seluruh transaksi keuangan di dalamnya.

4. Meningkatkan Pengalaman Pengguna

Dengan pemanfaatan Open Banking API, para nasabah memiliki kemampuan untuk menggabungkan beragam akun keuangan mereka ke dalam sebuah aplikasi atau platform tunggal. Hasilnya, mereka dapat memperoleh wawasan yang lebih holistik mengenai kondisi keuangan pribadi mereka, menciptakan pengalaman pengguna yang ditingkatkan secara signifikan. Dengan keterhubungan yang lebih baik antara berbagai aspek finansial, pengguna dapat mengelola dan merencanakan keuangan mereka dengan lebih efisien dan efektif.

5. Keterbukaan dan Transparansi Data

Open Banking berperan penting dalam mendorong transparansi di sektor keuangan dengan cara memberikan akses yang lebih mudah kepada pelanggan terhadap data dan informasi pribadi mereka. Dengan memungkinkan pelanggan untuk berbagi data mereka dengan pihak ketiga, seperti aplikasi keuangan atau layanan perencanaan keuangan, Open Banking menghadirkan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan keuangan mereka.

Selain itu,Open Banking merangsang persaingan yang sehat di pasar keuangan. Dengan memungkinkan perusahaan fintech dan penyedia layanan keuangan lainnya untuk mengakses data yang relevan, Open Banking mendorong inovasi dan pembangunan produk yang lebih baik. Inisiatif ini memotivasi lembaga keuangan tradisional untuk beradaptasi dan meningkatkan layanan mereka agar tetap bersaing.

Penerapan Open Banking API

Implementasi Open Banking API melibatkan serangkaian langkah teknis dan organisasional yang penting untuk memungkinkan pertukaran data terbuka dengan pihak ketiga. Langkah awal adalah menetapkan tujuan dan strategi yang ingin dicapai melalui penerapan Open Banking. Setelah itu, evaluasi infrastruktur teknologi yang ada perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sistem back-end dan basis data mampu mendukung integrasi dengan API. Tim IT kemudian akan mengembangkan API yang sesuai dengan kebutuhan, melibatkan pemodelan data, pemilihan teknologi, dan pengembangan kode.

Keamanan merupakan aspek kunci dalam Open Banking. Oleh karena itu, pemilihan standar keamanan yang tepat, termasuk autentikasi, otorisasi, enkripsi data, dan pengelolaan token akses, harus diperhatikan dengan serius. Pengaturan otorisasi dan izin juga perlu ditetapkan untuk menentukan bagaimana nasabah memberikan izin kepada pihak ketiga. Sebelum meluncurkan API secara luas, uji coba internal dan eksternal harus dilakukan guna memastikan kinerja yang baik dan kesesuaian dengan kebutuhan.

Dalam persiapan peluncuran, penting untuk mengembangkan dokumentasi yang jelas dan komprehensif agar pengguna API, baik dari pihak ketiga maupun tim internal, dapat memahami penggunaan dan fungsionalitas API. Setelah API diluncurkan, pemantauan terus-menerus terhadap kinerja dan pemeliharaan rutin menjadi kunci. Terakhir, memastikan bahwa implementasi mematuhi regulasi yang berlaku, seperti GDPR di Eropa atau regulasi Open Banking di tingkat nasional, merupakan hal penting.

Selain itu juga penting untuk mengevaluasi dampak Open Banking terhadap layanan, pelanggan, dan bisnis. Hal ini memungkinkan identifikasi pencapaian tujuan awal dan peluang perbaikan lebih lanjut. Kolaborasi tim lintas disiplin dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan nasabah serta regulasi akan menjadi landasan kokoh dalam kesuksesan implementasi Open Banking API.

Perkembangan Pembayaran Digital di Indonesia: Tren dan Peluang

Perkembangan Pembayaran Digital di Indonesia: Tren dan Peluang

Menurut laporan e-Conomy SEA 2022, ekonomi digital Indonesia telah menyentuh angka $77 miliar pada tahun 2022. Diprediksi akan bertumbuh pesat sampai $130 miliar di tahun 2025. Sejumlah lini industri menjadi penyokong utama, antara lain e-commerce, transportasi, online media, dan online travel. Di balik pertumbuhan tersebut, platform pembayaran digital memainkan peran krusial dalam mendukung kebutuhan transaksi.

Spesifik soal platform pembayaran digital, data Statista menyebutkan tahun 2023 ini diproyeksikan nilai transaksinya akan mencapai $82,56 miliar. Nilai tersebut akan bertumbuh dengan CAGR 12,26% sampai 2027 mendatang, membukukan nilai transaksi sekitar $131,1 miliar. Transaksi dari e-commerce memberikan persentase terbesar senilai $76,89 miliar.

Ekosistem pembayaran digital di Indonesia juga telah berkembang pesat, menyajikan beragam layanan yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen dan bisnis. Artikel ini akan mendalami soal perkembangan pembayaran digital di Indonesia, beserta tren dan peluang pertumbuhan di kemudian hari.

Platform Pembayaran Digital di Indonesia

Di Indonesia, saat ini ada beberapa jenis aplikasi pembayaran digital yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sebagai berikut:

Dompet Digital (E-Wallet)

Dompet digital adalah aplikasi keuangan yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan mentransaksikan uang secara elektronik melalui perangkat seluler. Layanan dompet digital terdiri dari tiga kategori utama. Pertama closed-digital wallet, yakni layanan pembayaran digital yang dikembangkan khusus untuk kebutuhan di aplikasi tertentu. Contohnya ada aplikasi gerai kopi yang memiliki fitur pembayaran khusus untuk pemesanan sekaligus sebagai program loyalty mereka.

Kedua, ada open-digital wallet, ini adalah aplikasi digital wallet yang bisa digunakan ke beragam jenis merchant. Beberapa aplikasi yang populer di Indonesia seperti Gopay, Shopeepay, LinkAja, Dana, Ovo, dan lain-lain. Dan ketiga ada prepaid card, yakni layanan dompet digital yang juga direpresentasikan dalam bentuk kartu. Beberapa menyebutnya sebagai e-money berbasis chip, salah satu contohnya adalah e-toll card.

Regulasi dompet digital diatur secara khusus melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik. Setiap penyedia yang ada juga harus terdaftar dan mendapatkan izin Bank Indonesia untuk dapat beroperasi secara resmi.

Payment Gateway

Payment gateway adalah layanan infrastruktur teknologi yang bertugas memfasilitasi dan mengelola proses pembayaran online antara pelanggan dan pedagang. Penerapannya bsia di berbagai platform, seperti e-commerce, ride-hailing, e-learning, dan layanan lainnya yang memberikan opsi pembayaran secara digital. Umumnya penyedia layanan payment gateway menyediakan berbagai opsi pembayaran, baik melalui dompet digital, kartu kredit, QRIS, transfer bank, dan sebagainya.

Ditinjau dari cara kerjanya, tugas payment gateway meliputi pengumpulan informasi pembayaran, pengamanan data sensitif, otorisasi transaksi, pengiriman pemberitahuan transaksi, pengalihan dana, pelaporan transaksi, dan perlindungan anti-penipuan. Pada akhirnya tujuan penggunaan payment gateway adalah agar pedagang dapat menyediakan pengalaman pembayaran yang mudah bagi pelanggan mereka, sambil memastikan keamanan dan keandalan transaksi.

Salah satu penyedia payment gateway di Indonesia dan Asia tenggara adalah Yokke. Layanan ini dapat terintegrasi ke berbagai aplikasi untuk dapat mengakomodasi pembayaran. Saat ini Yokke sudah digunakan lebih dari 200.000 merchant di seluruh wilayah regional dan memiliki puluhan opsi pembayaran digital.

Untuk dapat beroperasi sebagai penyedia layanan payment gateway di Indonesia, perusahaan yang bersangkutan harus memperoleh izin dari Bank Indonesia (BI) dalam bentuk izin Penyelenggara Jasa Pembayaran (PJP). Izin ini diperlukan agar perusahaan dapat menjalankan layanan pembayaran elektronik secara sah dan teratur sesuai dengan regulasi yang berlaku, serta memastikan perlindungan dan keamanan bagi pelanggan. Izin PJP dari BI menjadi landasan legal yang penting dalam menjalankan aktivitas payment gateway di Indonesia.

QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard)

QRIS adalah standar kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi berbagai jenis transaksi pembayaran di Indonesia. Dengan QRIS, pelanggan dapat melakukan pembayaran secara digital melalui satu kode QR yang dapat dipindai menggunakan berbagai metode pembayaran, seperti dompet digital atau mobile banking. Tujuan QRIS memberikan kemudahan dan fleksibilitas dalam melakukan transaksi elektronik dengan lebih cepat dan efisien.

Proses kerja QRIS dimulai dengan pedagang mendaftar ke penyedia pembayaran yang mendukung QRIS. Setelah itu, penyedia pembayaran akan menghasilkan kode QR berdasarkan standar QRIS, yang berisi informasi tentang transaksi. Saat pelanggan ingin membayar, mereka hanya perlu memindai kode QR tersebut menggunakan aplikasi pembayaran mereka. Aplikasi pembayaran akan mengirimkan informasi transaksi ke penyedia pembayaran, yang kemudian akan mengotorisasi transaksi. Setelah otorisasi berhasil, dana akan dipindahkan dari pelanggan ke pedagang. QRIS memudahkan pelanggan dan pedagang dalam bertransaksi digital dengan aman dan efisien.

QRIS sendiri secara spesifik diatur dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 24/1/PADG/2022 tanggal 25 Februari 2022 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Code untuk Pembayaran. ​

Perkembangan Pembayaran Digital di Indonesia

Ekosistem pembayaran digital di Indonesia telah mengalami perubahan yang menonjol dalam dua dekade terakhir. Pada tahun 2000-an, penggunaan internet mulai memberikan peluang bagi pembayaran dan perdagangan elektronik. Namun, adopsi pembayaran digital masih rendah karena tantangan dalam hal infrastruktur dan keamanan transaksi. Kemudian di pertengahan 2000-an e-commerce mulai menggeliat, tetapi kendala kepercayaan terhadap keamanan dan keterbatasan akses internet masih membatasi pertumbuhan. Di titik ini infrastruktur pembayaran digital mulai diinisiasi.

Pertumbuhan ekonomi dan adopsi smartphone yang cepat menjadi pendorong utama perkembangan pembayaran digital pada 2010-an. Kemunculan layanan dompet digital seperti Telkomsel T-Cash dan XL Tunai menunjukkan perubahan dalam cara pembayaran dilakukan. Namun, dampak yang lebih signifikan terlihat pada pertengahan hingga akhir 2010-an, ketika layanan seperti Gopay, OVO, Dana, dan lainnya mulai mendominasi pasar dengan fitur-fitur yang menarik bagi pengguna. Dukungan pemerintah dalam mendorong gerakan non-tunai juga memainkan peran penting dalam mempercepat adopsi pembayaran digital.

Pandemi COVID-19 di tahun 2020 membawa perubahan paradigma dalam kebiasaan pembayaran. Permintaan akan transaksi non-tunai meningkat karena keinginan untuk menghindari kontak fisik. Dalam kerangka ini, Bank Indonesia memperkenalkan standar QRIS pada 2019, yang memberikan wadah tunggal untuk berbagai metode pembayaran dalam satu kode QR. Ini menggambarkan arah perkembangan menuju ekosistem pembayaran digital yang lebih terintegrasi dan inklusif di Indonesia.

Peluang Platform Pembayaran Digital

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, penggunaan platform pembayaran digital diproyeksikan akan terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Untuk itu penting bagi bisnis menyiasati tren ini. Sejumlah strategi bisa dilakukan untuk dapat beradaptasi dengan tren ini, salah satunya dengan menghadirkan opsi pembayaran digital untuk bisnis yang telah dijalankan.

Untuk memulai mengadopsi pembayaran digital, berikut ini beberapa langkah yang bisa diikuti oleh pemilik bisnis di Indonesia:

Pastikan telah memiliki akun untuk menampung transaksi, bisa berupa akun bank atau dompet digital di platform tertentu.

Manfaatkan aplikasi merchant – baik itu payment gateway atau layanan lainnya agar memudahkan proses transaksi.

Implementasikan QRIS agar dapat menerima pembayaran instan dengan berbagai jenis aplikasi (dompet digital ataupun bank digital).

Tingkatkan kehadiran bisnis ke platform online untuk memaksimalkan transaksi digital, ini bisa dilakukan melalui online marketplace atau layanan online grocery yang populer di area tempat bisnis berada.

Kehadiran di ranah online dan kapabilitas pembayaran digital dapat dioptimalkan dengan promosi yang gencar di berbagai kanal media sosial untuk membuka peluang terciptanya basis pelanggan baru.

Fintech Lending di Indonesia: Jenis-Jenis dan Regulasi Terkini

Fintech Lending di Indonesia: Jenis-Jenis dan Regulasi Terkini

Fintech lending menjadi salah satu lini teknologi keuangan yang berkembang sangat pesat di Indonesia. Menurut data statistik yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Januari 2023 pemain fintech lending sudah menyalurkan pinjaman online mencapai Rp18,73 triliun untuk 15,93 juta peminjam. Nilai tersebut meningkat 35,72% secara year-on-year.

Perkembangan sektor ini juga cukup pesat. Persisnya dimulai sekitar 2010-an, platform fintech lending mulai muncul menawarkan layanan pinjaman mikro dan model pinjaman antarindividu (peer-to-peer/P2P). Lima tahun berselang, lanskap ini terus bertumbuh pesat dengan munculnya berbagai platform serupa yang menawarkan pengajuan pinjaman yang lebih sederhana dan lebih cepat ketimbang lembaga keuangan tradisional.

Pada tahun 2016, OJK mulai memperkenalkan. kerangka kerja regulasi untuk memastikan perlindungan konsumen dan keseimbangan pasar. Kemudian melahirkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 mengenai Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi sebagai aturan baku fintech lending.

Periode ini juga ditandai dengan peningkatan popularitas fintech lending melalui upaya kampanye pemasaran yang efektif. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama menjelang akhir dekade, platform-platform fintech lending merespons kebutuhan pasar dengan mendiversifikasikan produk dan layanan mereka, menyediakan solusi yang lebih luas dan lebih fleksibel bagi konsumen, termasuk dengan hadirnya layanan paylater.

Meskipun berkembang dengan pesat, fintech lending tidak lepas dari tantangan, termasuk peraturan yang semakin ketat. Industri ini terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi tinggi, seperti analisis data dan kecerdasan buatan.

Jenis Layanan Fintech Lending

Seiring perkembangannya, saat ini ada beberapa jenis layanan fintech lending yang beroperasi di Indonesia. Berikut kategorisasinya ditinjau dari segmen layanan yang dituju:

Fintech Lending untuk UMKM

Menurut survei Bank Indonesia tahun 2021, terungkap 69,5% dari total UMKM di Indonesia belum mendapatkan fasilitas kredit perbankan. Dari persentase tersebut, 43,1% di antaranya mengatakan membutuhkan pinjaman kredit untuk meningkatkan usaha mereka. Sehingga jika ditotal, gap pinjaman produktif yang ada sekitar Rp1.605 triliun. Tentu ini menjadi peluang yang coba dimanfaatkan oleh inovator fintech lending dengan menghadirkan produk pinjaman dan pembiayaan khusus untuk UMKM di Indonesia.

Terdapat beberapa jenis fintech lending yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk mengakselerasi bisnisnya, sebagai berikut:

1. Business Financing; layanan ini memberikan pinjaman modal tunai kepada pelaku UMKM. Untuk mengajukan, biasanya ada sejumlah persyaratan yang harus disiapkan, termasuk laporan keuangan (cash flow) hingga legalitas usaha. Ada puluhan fintech lending yang menyediakan permodalan untuk UMKM, beberapa di antaranya Amartha, Crowdee, Koinworks, dan lain-lain.

2. Supply Chain/Invoice Financing; layanan ini memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM untuk melakukan belanja barang stok toko. Model bisnisnya menalangi pembelian bahan baku atau barang jualan — lalu diangsur berdasarkan kesepakatan atau jangka waktu tertentu setelah barang tersebut berhasil terjual. Beberapa fintech lending yang menyediakan layanan ini adalah AwanTunai, Akseleran, Danamart, dan lain-lain.

3. Business Paylater; layanan ini memfasilitasi pelaku UMKM belanja barang produktivitas secara dicicil. Konsep dasarnya seperti kartu kredit untuk bisnis. Beberapa fintech lending lokal yang menyediakan layanan ini adalah Investree, Modalku, Paper.id, dan beberapa lainnya.

Fintech Lending untuk Konsumer

Menurut data laporan Payment Cards Analytics dari GlobalData, per tahun 2022 hanya sekitar 6 dari 100 orang di Indonesia yang telah memiliki kartu kredit. Di sisi lain masih ada 97,7 juta orang Indonesia yang masih dalam kategori unbanked. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa layanan kredit dari institusi formal belum sepenuhnya bisa mengakomodasi masyarakat Indonesia secara luas — kendati layanan perbankan, multifinance, BPR, koperasi, dan sejenisnya terus digenjot persebarannya.

Ini juga menjadi peluang untuk layanan fintech lending, khususnya yang menyasar pembiayaan untuk kebutuhan konsumtif harian. Dari puluhan pemain yang ada saat ini, berikut jenis model bisnis yang ditawarkan consumer fintech lending di Indonesia:

1. Cash Loan; layanan pinjaman tunai untuk kebutuhan konsumtif. Beberapa penyedia layanannya seperti Credifaz, Asetku, ACC, dan sebagainya.

2. Paylater; layanan pinjaman untuk membiayai pembelian sesuatu di platform digital seperti e-commerce atau OTA. Contohnya Akulaku, Gopaylater, Kredivo, dan sebagainya.

3. Education Loan; layanan pinjaman yang dikhususkan untuk pembiayaan pendidikan dan fasilitas pendukungnya. Contoh penyedia layanan ini adalah Cicil, Pintek, Danacita, dan sebagainya.

Regulasi Fintech Lending di Indonesia

POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah regulasi yang mengatur tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan ini dirilis pada tahun 2016 dan menjadi dasar untuk mengatur fintech lending di Indonesia. Berikut adalah beberapa poin utama dari POJK tersebut:

Untuk mendukung ekosistem fintech lending, Brankas turut memberikan dukungan berupa infrastruktur teknologi keuangan agar memudahkan para perusahaan di bidang terkait untuk comply terhadap regulasi — sembari tetap memberikan pengalaman pengguna yang mengesankan. Melalui layanan berbasis Open API, Brankas menyajikan sejumlah fitur yang dapat diterapkan untuk membantu pengembang dalam merealisasikan aplikasi fintech lending yang intuitif, seperti untuk keperluan e-KYC, Applicant Tracking, Bank Statement Retrieval, Income Verification, Account Management, Loan Disbursement, Payment Reminder, sampai Payment Collection. Studi kasus dan informasi selengkapnya tentang layanan tersebut bisa klik di sini.

Cara Membuat QRIS untuk Bisnis, Panduan Lengkap dan Mudah

Menurut data Bank Indonesia, hingga Februari 2023 jumlah pengguna layanan QRIS telah mencapai 30,87 juta. Sekurangnya ada 121,8 juta transaksi menggunakan QRIS, membukukan nilai lebih dari Rp12,28 triliun. Seperti diketahui, QRIS telah mengakomodasi berbagai jenis transaksi, baik untuk gerai online maupun offline.

Pemerintah pun terus mendorong penggunaan QRIS seiring dengan agenda peningkatan transaksi nontunai di kalangan masyarakat. Sehingga ekosistem penggunanya disinyalir masih akan terus bertambah di waktu mendatang, seiring dengan indeks literasi keuangan yang juga meningkat. Hal ini menjadikan implementasi pembayaran QRIS untuk bisnis menjadi sangat krusial saat ini, agar bisnis tetap bisa memberikan nilai kompetitif kepada konsumennya.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang QRIS untuk bisnis, termasuk panduan lengkap dan mudah terkait cara membuat QRIS untuk menerima transaksi bisnis.

Manfaat QRIS untuk Bisnis

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) telah menjadi bagian penting dari ekosistem pembayaran di Indonesia dan dapat memberikan banyak manfaat bagi bisnis dalam berbagai industri. Meningkatkan aksesibilitas dan kecepatan pembayaran bagi pelanggan adalah salah satu faktor utama yang membuat QRIS semakin populer di kalangan bisnis di Indonesia.

Berikut ini sejumlah alasan mengapa bisnis perlu menerapkan QRIS sebagai salah satu opsi pembayarannya:

1. Peningkatan Penjualan

Bisnis yang menyediakan opsi pembayaran QRIS berpotensi mendapatkan peningkatan penjualan. Hal ini didorong dengan pengalaman pengguna yang lebih baik, khususnya di kalangan milenial dan gen Z. Penggunaan QRIS memungkinkan bisnis menerima berbagai jenis aplikasi pembayaran (baik itu mobile wallet maupun mobile banking).

Digitalisasi pembayaran ini biasanya juga menjadi gerbang utama menuju transformasi ke ranah digital yang lebih luas — misalnya dilanjutkan dengan membuka peluang di aplikasi e-commerce atau grocery.

2. Tata Kelola yang Lebih Baik

Berdasarkan hasil survei yang dirangkum dalam MSME Empowerment Report 2022 oleh DSInnovate, 24% UMKM di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam pengelolaan arus kas. Sementara 30,8% juga mengalami isu dalam proses transaksi. Implementasi QRIS dapat menyiasati isu tersebut, karena digitalisasi pembayaran yang dilakukan dengan QRIS dapat mengotomasi proses pencatatan dan pembayaran di merchant yang dikelola.

Dengan QRIS, seluruh transaksi keluar dan masuk tercatat secara otomatis. Bahkan sejumlah aplikasi penyedia pembayaran QRIS turut menghadirkan fitur dasbor yang dapat memudahkan pengelola bisnis untuk mendapatkan laporan keuangan secara terpadu.

3. Biaya yang Lebih Terjangkau

Memang, sejak 1 Juli 2023 penggunaan QRIS oleh merchant tidak lagi gratis seperti sebelumnya. Saat ini penggunaan QRIS dikenakan biaya layanan atau sering disebut dengan merchant discount rate (MDR). Untuk usaha ultra-mikro, tarif yang dikenakan 0,3%, sedangkan untuk usaha yang lebih besar 0,7%. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan metode pembayaran lain yang biasa dimanfaatkan ritel, misalnya kartu debit dan kartu kredit, MDR QRIS bisa dikatakan lebih murah.

4. Memudahkan Akses ke Permodalan

Dengan mendigitalkan transaksi, pemilik bisnis berpotensi untuk meningkatkan kualitas skor kredit yang dimiliki. Data transaksi tersebut, saat ini menjadi salah satu variabel penting dalam analisis skor kredit oleh lembaga jasa keuangan. Pada akhirnya, dengan skor kredit yang baik, jika membutuhkan permodalan untuk ekspansi bisnis, pemilik bisnis bisa mendapatkannya dengan mudah, baik dari perbankan ataupun lembaga pemberi pinjaman lainnya.

Melalui platform Open Finance seperti yang disediakan Brankas, lembaga jasa keuangan bisa mengakses data-data tersebut secara mudah untuk meningkatkan performa dan kualitas pinjaman mereka.

Cara Membuat QRIS untuk Bisnis

Berikut ini langkah-langkah yang dapat diikuti dalam membuat QRIS untuk menunjang transaksi pembayaran bisnis:

1. Pahami Karakteristik Bisnis

Fase ini sering dilupakan ketika melakukan transformasi digital, padahal akan menjadi salah satu faktor penentu dari pemilihan strategi ke depan. Terkait dengan implementasi QRIS, pebisnis perlu memahami betul bagaimana kebiasaan transaksi yang dilakukan oleh konsumennya. Dari best practices yang ada, biasanya terdiri dari dua pendekatan berikut ini:

2. Buat Akun Bisnis

Langkah berikutnya, jika belum punya maka pebisnis harus membuat akun bisnisnya sendiri. Akun ini bisa didaftarkan melalui aplikasi mobile banking, e-wallet, atau layanan keuangan bisnis lainnya. Beberapa aplikasi yang bisa digunakan seperti Yokke, Midtrans, GoBiz, Grab Merchant, Shopee Merchant, dan lain sebagainya. Sementara untuk aplikasi perbankan yang menyediakan opsi bisnis juga ada beberapa, misalnya Neo Commerce, Bank Jago, BRI, Mandiri, dan sebagainya.

3. Buat Kode QRIS

Setelah mendaftarkan diri ke akun bisnis, generate kode QRIS dari aplikasi yang dimiliki. Menu ini biasanya terdapat di halaman profil pada aplikasi pembayaran digital yang digunakan. Munculkan kode tersebut, lalu unduh dan cetak.

Buat kode QRIS

4. Kelola Transaksi Bisnis

Selanjutnya pengguna bisa melakukan pengelolaan transaksi bisnis melalui menu-menu yang ada dalam aplikasi. Untuk catatan arus pembayaran, biasanya ditampilkan resumenya melalui dasbor yang ada pada aplikasi.

Mengenal E-Payment, Manfaat, dan Perkembangannya di Indonesia

Perkembangan pesan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara kita melakukan transaksi keuangan, terlebih dengan masifnya penetrasi internet dan ponsel pintar. Salah satu layanan yang kini banyak diminati adalah E-Payment sebagai sub-bagian dari ekosistem teknologi finansial (fintech). E-Payment menjadi alternatif bagi metode pembayaran tradisional yang mengharuskan adanya uang tunai sebagai medium transaksi.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh PwC, tren pembayaran nontunai akan terus meningkat dari tahun ke tahun — bahkan diproyeksikan mencapai 2x lipat di tahun 2030 dan Asia Pasifik menempati tren pertumbuhan teratas dibandingkan wilayah lainnya. Tentu ini menjadi sebuah kesempatan emas bagi pelaku industri pembayaran nontunai atau E-Payment untuk berinovasi dan memperluas cakupan pasarnya. Menurut data Bank Indonesia seperti dikutip Katadata, per April 2022 transaksi nontunai menggunakan uang elektronik tumbuh 50,3% yoy dan perbankan digital tumbuh mencapai 71,4%.

Cashless transaction volume will more than double by 2030

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lebih mendetail tentang E-Payment sebagai bagian penting dalam masa depan industri pembayaran di dunia dan di Indonesia. Di dalamnya akan mengulas definisi E-Payment, manfaat E-Payment, hingga spesifik perkembangannya di Indonesia saat ini.

Apa itu E-Payment?

E-Payment (Electronic Payment) adalah metode pembayaran yang dilakukan secara elektronik melalui jaringan komputer atau perangkat digital. Dalam kinerjanya, E-Payment memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, seperti internet, perangkat seluler, kartu kredit/debit, atau sistem pembayaran elektronik lainnya, untuk memfasilitasi proses pembayaran. Dengan menggunakan E-Payment, transaksi keuangan dapat dilakukan secara cepat, efisien, dan aman.

E-Payment memungkinkan orang untuk melakukan transaksi keuangan, seperti membayar tagihan, mentransfer uang, atau melakukan pembelian barang dan layanan secara online. Saat ini ada sejumlah layanan E-Payment yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh lembaga perbankan maupun perusahaan fintech, berikut variannya:

  1. Pembayaran Kartu

Ini menjadi salah satu metode yang paling populer saat ini. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan kartu kredit atau debit yang terhubung dengan rekening bank. Informasi kartu digunakan untuk mengotorisasi dan memproses pembayaran. Menurut statistik Bank Indonesia (BI), jumlah kartu debit atau kartu ATM yang beredar per Juli 2023 mencapai 244,06 juta unit. Sementara di periode yang sama, jumlah kartu kredit yang tersebar baru ada 16,58 juta unit.

  1. Mobile Payment

Pembayaran dilakukan melalui perangkat seluler, seperti smartphone atau tablet. Contoh populer dari metode ini adalah pembayaran melalui aplikasi seperti Apple Pay, Google Pay, Samsung Pay, dan sebagainya. Menurut data yang dihimpun Statista, dari top 10 platform mobile payment populer di dunia telah memiliki 3,37 miliar pengguna jika dikombinasikan dengan proposisi 72% di antaranya datang dari kalangan milenial.

  1. Internet & Mobile Banking

Transaksi pembayaran dilakukan melalui perbankan elektronik, di mana pengguna dapat mentransfer uang dari rekening bank mereka ke rekening lain atau membayar tagihan secara online. Internet Banking dapat diakses melalui browser di perangkat komputer, sementara Mobile Banking biasanya berbentuk aplikasi mobile di Android ataupun iOS. Umumnya saat ini layanan Internet/Mobile Banking telah menjadi salah satu manfaat yang didapat oleh pemilik rekening bank.

  1. E-Money

Varian E-Payment berikutnya yang populer adalah E-Money alias uang elektronik. Ini juga merupakan sistem pembayaran elektronik yang memudahkan pengguna untuk bertransaksi secara nontunai. Di Indonesia, merujuk pada aturan BI, E-Money terbagi ke dalam dua bentuk, yakni berbasis chip dan berbasis server. E-Money berbasis chip biasanya berbentuk kartu seperti e-toll card. Sementara yang berbasis server berbentuk aplikasi pembayaran digital yang terpasang di ponsel pintar. Menurut data terkini BI, per awal 2023 ada sekitar 1,02 miliar unit E-Money yang digunakan oleh masyarakat di tanah air.

  1. E-Wallet

E-Wallet merujuk pada platform atau aplikasi penyimpanan nilai digital yang memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi keuangan, pembayaran, dan transfer dana melalui perangkat seluler mereka. E-Wallet sering kali terhubung dengan rekening bank, e-money atau kartu kredit pengguna, dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari pembelian di toko fisik dan online hingga pembayaran tagihan, pengisian pulsa, atau transfer uang kepada individu lain. Beberapa platform E-Wallet di Indonesia termasuk Gopay, OVO, LinkAja, Dana, dan sebagainya.

  1. Payment Gateway

Payment gateway adalah platform yang memfasilitasi transaksi pembayaran online antara pelanggan, penjual, dan lembaga keuangan. Payment gateway berperan sebagai perantara yang mengamankan dan memproses informasi pembayaran secara online, memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian barang atau layanan secara elektronik. Berikut ini beberapa penyedia layanan payment gateway di Indonesia: Midtrans, Doku, Xendit, Yokke, dan lain-lain.

Sejarah Perkembangan E-Payment

Sejarah E-Payment dimulai pada tahun 1990-an dengan munculnya Internet dan perkembangan teknologi komunikasi. Sejak itu, E-Payment terus berkembang dengan adopsi teknologi baru seperti teknologi NFC, QR code, dan biometrik. Industri ini terus berinovasi untuk memberikan pengalaman pembayaran yang lebih aman, cepat, dan mudah bagi pengguna di seluruh dunia.

Berikut ini infografik gambaran perkembangan E-Payment di dunia:

Manfaat E-Payment

E-Payment memberikan sejumlah manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat E-Payment untuk masyarakat:

Baca juga: Brankas Memperoleh Lisensi PJP 3 dari Bank Indonesia, Membuka Peluang Baru untuk Inovasi Sistem Pembayaran

Perkembangan E-Payment di Indonesia

Di Indonesia, E-Payment mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih pemerintah juga telah mendukung perkembangan E-Payment melalui program Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang bertujuan untuk mendorong transaksi non-tunai di berbagai sektor. Semakin banyak inovasi dan kolaborasi antara perusahaan teknologi, bank, dan bisnis di Indonesia untuk memperluas adopsi E-Payment dan mempermudah aksesibilitas bagi masyarakat.

Terkait pembayaran, BI juga telah meluncurkan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) guna menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif; mendorong integrasi, interkoneksi, interoperabilitas, serta keamanan dan keandalan infrastruktur sistem pembayaran; dan/atau meningkatkan praktik pasar yang sehat, efisien, dan wajar dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Adanya SNAP disambut baik oleh ekosistem industri keuangan, termasuk mendorong terbentuknya sistem Open Finance yang lebih baik di Indonesia.

Brankas merupakan perusahaan fintech Open Finance yang menyediakan solusi lengkap, termasuk salah satunya untuk mendukung infrastruktur E-Payment. Terkait pembayaran digital, Brankas Direct dan Disburse dapat diaplikasikan di layanan digital pelanggan memanfaatkan mekanisme Open API. Hal ini memungkinkan platform tersebut memiliki kapabilitas transfer/pengiriman uang baik kepada pengguna perorangan, bisnis, maupun secara banyak melalui sistem terpadu.

Open API E-Payment Brankas didesain untuk dapat secara intuitif mengakomodasi berbagai model bisnis, mulai dari insurtech, fintech lending, e-commerce, e-wallet, dan lain-lain. Hal yang paling menarik, Brankas telah bermitra dengan berbagai bank terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. Simak selengkapnya tentang produk tersebut di sini: Brankas Direct dan Brankas Disburse. Dan pelajari studi kasus penerapan Open API untuk pembayaran di sini.

Perkembangan Open Finance di Indonesia, Sebuah Evolusi dari Open Banking

Open Finance dan Open Banking menjadi topik yang makin ramai dibahas oleh stakeholder industri keuangan. Konsep ini digadang-gadang akan merevolusi cara kerja lembaga keuangan melalui teknologi. 

Seperti diketahui, Open Banking merujuk pada konsep yang memungkinkan bank berbagi akses ke pihak ketiga, seperti kepada startup fintech atau layanan digital lainnya melalui sambungan berbasis API (Application Programming Interface). Bagi bank, ini bisa menjadi kesempatan mereka untuk menambah kanal revenue dan ekspansi pengguna. Sementara bagi pengguna, mereka bisa menciptakan layanan baru yang memanfaatkan data keuangan nasabah dengan izin mereka.

Sementara itu konsep Open Finance lebih luas dari pada Open Banking, Open Finance memungkinkan berbagai institusi keuangan lainnya selain bank untuk saling berbagi akses, seperti e-wallet, p2p lending, BNPL, insurance, dll. Ini termasuk data-data dari lembaga keuangan, perusahaan asuransi, firma investasi, perusahaan teknologi, fintech, dan lain-lain. Data-data tersebut digabungkan melalui mekanisme berbagi data khusus yang aman, untuk selanjutnya dijadikan pengetahuan yang berharga. Misalnya, data tren pembayaran PPOB seseorang untuk mendapatkan gambaran konsumsi rutin bulanan untuk membantu penentuan skor kredit.

Apa itu Open Finance?

Open Finance adalah konsep yang berkembang dari Open Banking, memperluas lingkup data dan layanan yang disediakan oleh bank menjadi lebih luas. Prinsip utama Open Finance adalah bahwa individu dan bisnis kini dapat mengakses dan berbagi layanan finansial mereka dari bank, e-wallet, atau kartu kredit dengan pihak ketiga yang mereka pilih.

Berbagi data dengan konsen dan persetujuan pengguna adalah salah satu fitur Open Finance, merchant atau pemilik bisnis bisa terhubung langsung dengan data dan layanan pihak ketiga. Berbagai model bisnis telah diuntungkan dengan model ini. Salah satunya platform personal finance, pengguna bisa memberikan izin kepada aplikasi untuk mengakses data transaksi perbankan mereka untuk selanjutnya dicatat dalam jurnal keuangan haruan mereka, memudahkan mereka menganalisis pengeluaran bulanan mereka untuk mendapatkan kesehatan finansial yang lebih baik.

Contoh lainnya layanan e-commerce yang menggunakan Open Finance untuk menghadirkan layanan fintech terintegrasi, baik untuk kebutuhan pembayaran maupun pencairan dana ke merchant. Open Finance mulai merevolusi cara-cara sistem keuangan bekerja di ekosistem digital, menghasilkan pengalaman seamless bagi pengguna akhir.

Manfaat Open Finance

Open Finance membawa banyak manfaat potensial bagi konsumen, bisnis, dan sektor keuangan secara keseluruhan. 

Manfaat Open Finance secara Umum

Berikut ini sejumlah manfaat umum dari layanan Open Finance untuk ekosistem industri keuangan:

  1. Akses yang lebih baik ke layanan keuangan. Dengan membagikan data mereka, konsumen dan bisnis dapat mendapatkan akses ke produk dan layanan yang lebih baik disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Misalnya, dengan membagikan data pinjaman dan keuangan mereka, konsumen dapat memperoleh penawaran pinjaman yang lebih kompetitif.

  2. Inovasi dan kompetisi. Open Finance mendorong inovasi dan kompetisi dalam sektor keuangan. Dengan membuka akses ke data, perusahaan fintech dan penyedia layanan keuangan lainnya dapat mengembangkan dan menawarkan produk dan layanan baru.

  3. Pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan akses yang lebih baik ke data, konsumen dan bisnis dapat membuat keputusan keuangan yang lebih baik. Misalnya, mereka dapat lebih mudah membandingkan berbagai produk dan layanan keuangan untuk menemukan yang terbaik bagi mereka.

  4. Kontrol yang lebih baik atas data finansial. Open Finance memberikan konsumen dan bisnis kontrol yang lebih besar atas data finansial mereka. Mereka dapat memilih dengan siapa mereka berbagi data dan bagaimana data tersebut digunakan.

  5. Peningkatan inklusi keuangan. Open Finance dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan dengan memungkinkan lebih banyak orang dan bisnis untuk mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan.

Manfaat Open Finance untuk Bank

Selain itu, perbankan sebagai institusi keuangan yang saat ini paling berpengaruh juga bisa menuai manfaat positif dari Open Finance, di antaranya:

  1. Meningkatkan Pengalaman Pelanggan. Dengan data yang lebih komprehensif dan kaya, bank dapat memahami kebutuhan dan perilaku pelanggan mereka dengan lebih baik dan dengan demikian menawarkan layanan yang lebih personalisasi. Hal ini dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan memperkuat hubungan mereka dengan bank.

  2. Inovasi Produk dan Layanan. Open Finance memungkinkan bank untuk berinovasi dan memperkenalkan produk dan layanan baru yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Misalnya, mereka dapat menawarkan layanan keuangan yang lebih terintegrasi atau menggunakan data dari berbagai sumber untuk menilai risiko dengan lebih baik.

  3. Kemitraan dan Ekosistem Baru. Bank dapat memanfaatkan Open Finance untuk membentuk kemitraan strategis dengan perusahaan fintech dan penyedia layanan lainnya, menciptakan ekosistem layanan keuangan yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

  4. Efisiensi Operasional. Dengan memanfaatkan teknologi dan data yang ada dalam model Open Finance, bank dapat mengotomatisasi proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi operasional. Demi meningkatkan efisiensi, beberapa lembaga telah menjalin kemitraan dengan perusahaan Open Finance, seperti Brankas, guna mengadopsi SNAP API, standar terbaru Bank Indonesia dalam sistem pembayaran.

  5. Memperkuat Posisi Pasar. Dengan menjadi bagian dari ekosistem Open Finance, bank dapat mempertahankan dan memperkuat posisi mereka di pasar yang semakin kompetitif. Mereka dapat menggunakan data dan wawasan yang diperoleh melalui model ini untuk mengoptimalkan strategi dan operasi mereka.

Manfaat Open Finance untuk Fintech

Open Finance dapat memberikan manfaat signifikan bagi perusahaan fintech, berikut beberapa contohnya:

  1. Akses ke Data Finansial. Open Finance memungkinkan perusahaan fintech untuk mengakses data finansial pelanggan (dengan persetujuan pelanggan) yang sebelumnya mungkin hanya bisa diakses oleh bank dan lembaga keuangan tradisional. Akses ini bisa menjadi titik tolak untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang lebih personalisasi dan inovatif.

  2. Inovasi dan Pembuatan Produk Baru. Dengan akses ke data yang lebih luas dan mendalam, perusahaan fintech dapat menciptakan dan mempersonalisasi produk atau layanan yang lebih baik. Misalnya, mereka dapat menawarkan penilaian kredit yang lebih akurat atau solusi pengelolaan keuangan pribadi yang lebih baik.

  3. Kemitraan Strategis. Open Finance dapat membuka peluang untuk kemitraan baru antara fintech dan lembaga keuangan tradisional. Fintech bisa berkolaborasi dengan bank atau lembaga lainnya untuk menawarkan layanan yang lebih komprehensif dan terintegrasi kepada pelanggan melalui Open API.

  4. Peningkatan Kompetisi. Open Finance membantu menciptakan pasar yang lebih seimbang dan kompetitif di mana perusahaan fintech dapat berkompetisi dengan lembaga keuangan tradisional. Dengan akses ke data yang sama, fintech dapat menawarkan alternatif untuk layanan yang ditawarkan oleh bank dan lembaga keuangan tradisional.

  5. Peluang Pertumbuhan. Open Finance memperluas pasar potensial bagi fintech dan menciptakan lebih banyak peluang pertumbuhan. Dengan akses yang lebih mudah ke data keuangan, fintech dapat memasuki segmen pasar baru dan memperluas penawaran produk mereka.

Perkembangan Open Finance

Pada dasarnya, Open Finance adalah perluasan dari konsep Open Banking. Open Finance memperluas ini untuk mencakup semua jenis data keuangan, termasuk data dari perusahaan asuransi, broker investasi, dan penyedia pensiun. Konsep ini mendapatkan momentum berkat direktif layanan pembayaran kedua (PSD2) di Uni Eropa, yang mewajibkan bank berbagi data pelanggan dengan penyedia layanan keuangan lainnya. 

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Open Finance telah menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Inggris, Australia, dan Kanada, di mana regulasi yang memungkinkan berbagi data keuangan telah diperkenalkan atau sedang dikembangkan. Banyak perusahaan fintech telah memanfaatkan data ini untuk mengembangkan aplikasi dan layanan baru yang membantu konsumen mengelola keuangan mereka. Misalnya, ada aplikasi yang menggabungkan semua akun keuangan seseorang dalam satu tampilan, atau yang menggunakan data transaksi untuk memberikan nasihat keuangan yang dipersonalisasi.

Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatur sektor fintech dan layanan keuangan digital lainnya, yang dapat mencakup aspek-aspek dari open finance. Misalnya, OJK telah mengeluarkan sejumlah regulasi terkait dengan fintech, seperti peer-to-peer lending (P2P lending) dan digital banking. Ada juga aturan dan panduan untuk melindungi data konsumen dan transaksi online.

Selain itu, Bank Indonesia juga telah mempromosikan inisiatif seperti Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang bertujuan untuk memfasilitasi integrasi dan interoperabilitas antara berbagai layanan pembayaran digital. Dan pada tahun 2022, BI juga mengeluarkan SNAP sebagai standardisasi nasional untuk Open API pembayaran, memungkinkan antarlembaga untuk bisa saling menghubungkan platform pembayarannya secara lancar dan aman.

Melihat adanya penerimaan dari industri dan dukungan regulasi, ekosistem Open Finance di Indonesia juga turut berkembang. Salah satu pemain yang mencoba mendobrak segmen ini adalah Brankas. Secara khusus, Brankas menyediakan varian layanan berbasis infrastruktur untuk membantu bank dan perusahaan teknologi meningkatkan kapabilitas fintech mereka.

Khusus untuk Open Finance, Brankas juga memiliki Open Finance Suite, sebuah layanan berbasis Open API yang memungkinkan perbankan untuk mengembangkan ekosistem API pembayaran mereka dan terhubung dengan perbankan yang ada di ekosistem brankas. Harapannya layanan ini bisa memudahkan berbagai stakeholder dalam industri pembayaran untuk dapat saling terhubung dan berbagi data, guna memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik lagi.

Kenali SNAP API dari Bank Indonesia untuk sistem pembayaran

Tepat di perayaan HUT RI ke-76 tahun 2021 lalu, Bank Indonesia meresmikan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) dan peluncuran pra-resmi QRIS Antarnegara. Dalam sambutannya disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, bahwa penetapan SNAP bertujuan menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat yang efisien, aman dan andal. SNAP sendiri disusun oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan membentuk Working Group Nasional.

Bagi ekosistem Open Banking, hadirnya SNAP menjadi angin segar karena standardisasi ini dapat menjadi tahapan penting untuk mengakselerasi sistem pembayaran yang lebih terbuka dan terkoneksi. Peluncuran SNAP juga dikaitkan dengan tindak lanjut dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 untuk terus mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan nasional. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai SNAP API dan manfaatnya untuk sistem pembayaran nasional di Indonesia.

Apa itu SNAP API Bank Indonesia?

Standar Nasional Open API (SNAP) Pembayaran adalah kerangka kerja teknis yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di Indonesia untuk memfasilitasi pertukaran data dan integrasi antara penyedia layanan pembayaran dan pihak ketiga melalui antarmuka pemrograman aplikasi terbuka (Open API). Standar ini menetapkan aturan dan protokol yang harus diikuti oleh penyedia layanan pembayaran dalam memungkinkan akses pihak ketiga ke data dan layanan pembayaran mereka.

Dengan adanya SNAP API Bank Indonesia, pihak ketiga seperti fintech, startup teknologi, dan pengembang aplikasi, dapat mengakses data dan fungsi pembayaran yang disediakan oleh penyedia layanan pembayaran dengan menggunakan Open API. Hal ini memungkinkan pihak ketiga untuk mengembangkan aplikasi, layanan, atau produk inovatif yang memanfaatkan kemampuan pembayaran, seperti pembayaran digital, transfer dana, pembelian produk, dan sebagainya.

Standar Nasional Open API Pembayaran mengatur berbagai aspek teknis dan keamanan, seperti format data yang digunakan, protokol komunikasi yang harus dipatuhi, autentikasi pengguna, enkripsi data, dan mekanisme pengelolaan izin akses. Standar ini juga menetapkan kebijakan privasi dan perlindungan data untuk memastikan bahwa informasi pribadi pengguna dan transaksi keuangan tetap aman dan terlindungi.

Tujuan utama SNAP adalah memfasilitasi integrasi yang lebih mudah antara penyedia layanan pembayaran dengan berbagai aplikasi dan layanan lainnya. Dengan demikian, pengguna dapat memanfaatkan layanan pembayaran secara lebih fleksibel, mudah, dan terintegrasi dengan ekosistem digital yang lebih luas. Selain itu,SNAP juga diharapkan untuk meningkatkan inovasi dalam industri pembayaran dengan memberikan kesempatan bagi pihak ketiga untuk menciptakan solusi yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan pengguna.

Proses Implementasi SNAP API

Implementasi SNAP API Pembayaran melibatkan beberapa langkah dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan pembayaran. Berikut adalah beberapa proses yang umumnya akan diikuti dalam proses implementasi:

Mendalami dan Memetakan Persyaratan Standar

Langkah pertama adalah memahami secara mendalam persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Open API Pembayaran. Pelajari dokumen standar yang diterbitkan oleh otoritas keuangan, seperti Bank Indonesia, untuk memahami aturan teknis, keamanan, dan privasi yang harus dipatuhi. Adapun panduan teknis untuk pengembang bisa diakses melalui situs resmi SNAP di tautan berikut ini: https://apidevportal.bi.go.id/snap

Penyesuaian Infrastruktur dan Sistem

Evaluasi infrastruktur teknologi dan sistem yang dimiliki oleh penyedia layanan pembayaran. Pastikan bahwa sistem yang ada dapat mendukung implementasi Open API dengan memenuhi persyaratan standar yang ditetapkan. Jika perlu, lakukan penyesuaian atau pengembangan ulang infrastruktur dan sistem yang ada.

Pengembangan Open API

Buat API yang sesuai dengan Standar Nasional Open API Pembayaran. Pastikan API dapat memberikan akses terhadap fungsi dan data pembayaran yang diperlukan oleh pihak ketiga. API harus memenuhi persyaratan teknis dan keamanan, seperti format data yang ditentukan, protokol komunikasi yang digunakan, dan mekanisme autentikasi serta enkripsi data.

Perlindungan Keamanan dan Privasi

Selain memastikan keamanan infrastruktur dan sistem, penting juga untuk melindungi data pengguna dan transaksi keuangan. Terapkan langkah-langkah keamanan seperti autentikasi pengguna yang kuat, enkripsi data, dan pengelolaan izin akses yang tepat. Pastikan kepatuhan terhadap kebijakan privasi yang berlaku dan perlindungan data pribadi pengguna.

Pengujian dan Sertifikasi

Lakukan pengujian menyeluruh terhadap API dan sistem yang diimplementasikan. Verifikasi bahwa API memenuhi persyaratan standar dan berfungsi dengan baik. Setelah selesai pengujian, pengembang dapat mengajukan permohonan sertifikasi kepada otoritas keuangan atau lembaga yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan dan sertifikasi atas implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran.

Sosialisasi

Sosialisasikan dan berikan pelatihan kepada tim internal dan eksternal terkait penggunaan API dan implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran. Pastikan bahwa semua pihak yang terlibat memahami penggunaan API, manfaatnya, dan kewajiban kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan.

Integrasi Pihak Ketiga

Setelah implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran selesai, fasilitasi integrasi dengan pihak ketiga yang ingin mengakses layanan pembayaran melalui API yang telah dikembangkan. Pastikan bahwa pihak ketiga memenuhi persyaratan keamanan dan privasi yang ditetapkan sebelum memberikan akses ke data dan fungsi pembayaran.

Baca Juga: Brankas Memperoleh Lisensi PJP 3 dari Bank Indonesia, Membuka Peluang Baru untuk Inovasi Sistem Pembayaran

Manfaat SNAP API dalam Ekosistem Pembayaran

SNAP API Pembayaran memberikan sejumlah manfaat yang signifikan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam ekosistem pembayaran. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Memudahkan integrasi antarsistem pembayaran. Standar ini memfasilitasi integrasi yang lebih mudah antara penyedia layanan pembayaran dan pihak ketiga. Konsep Open API yang diadopsi memungkinkan pihak ketiga untuk mengakses data dan layanan pembayaran dengan mudah, sehingga menciptakan ekosistem yang terhubung dengan baik.
  2. Mendorong inovasi layanan pembayaran nasional. Dengan Standar Nasional Open API Pembayaran, pintu terbuka bagi inovasi produk dan layanan baru dalam industri pembayaran. Pihak ketiga dapat memanfaatkan Open API untuk mengembangkan solusi yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan pengguna. Hal ini mendorong terciptanya produk dan layanan yang lebih bervariasi, efisien, dan dapat meningkatkan pengalaman pengguna.
  3. Meningkatkan aksesibilitas. Dengan Open API, pengguna memiliki akses yang lebih mudah dan terintegrasi ke berbagai layanan pembayaran. Hal ini meningkatkan aksesibilitas bagi individu dan bisnis untuk melakukan transaksi keuangan secara digital. Penyedia layanan pembayaran dapat memberikan solusi pembayaran yang lebih fleksibel, termasuk pembayaran digital, transfer dana, pembelian produk, dan sebagainya.
  4. Menjadikan transaksi pembayaran lebih efisien. Implementasi SNAP API dapat meningkatkan efisiensi dalam proses pembayaran. Transaksi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah melalui API yang terintegrasi. Pengguna dapat menikmati pengalaman transaksi yang lebih lancar dan mengurangi waktu serta usaha yang diperlukan dalam proses pembayaran.
  5. Meningkatkan keamanan dan perlindungan data pribadi. Standar ini memperhatikan keamanan dan perlindungan data pengguna. Persyaratan keamanan seperti enkripsi data, autentikasi pengguna yang kuat, dan pengelolaan izin akses yang tepat diimplementasikan untuk menjaga kerahasiaan dan integritas data serta melindungi pengguna dari penyalahgunaan informasi pribadi dan keuangan mereka.
  6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. SNAP API memperkuat transparansi dalam industri pembayaran. Data transaksi dapat diakses secara terbuka oleh pihak berwenang, termasuk regulator dan Bank Indonesia. Hal ini memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan memperkuat akuntabilitas dalam industri keuangan.

Mengoptimalkan Pengembangan SNAP API Bersama Brankas

Dengan menciptakan ekosistem yang terhubung dan mendorong inovasi, SNAP memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Inovasi dalam pembayaran digital dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor ekonomi sambil memperluas akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani.

Bagi institusi keuangan atau fintech yang ingin menerapkan standar SNAP, Brankas adalah mitra yang ideal dengan produk Open Finance Suite untuk pengembangan infrastruktur finansial yang scalable dan integrasi yang mudah.

Alasan lain untuk memilih Brankas sebagai mitra untuk mengembangkan sistem pembayaran dan infrastruktur yang sesuai dengan standar BI SNAP adalah efisiensi biaya dengan tenaga ahli yang berpengalaman dalam pengembangan API berbasis open finance yang juga memungkinkan Anda untuk mempercepat proses pengembangan produk. Pelajari selengkapnya tentang produk** Open Finance Suite** kami.

Loan Origination System (LOS): Pengertian dan Manfaatnya

Lembaga keuangan seperti bank atau multifinance memerlukan sebuah sistem untuk mengelola pinjaman, yang dapat mendigitalkan sekaligus mengotomasi proses pengajuan hingga persetujuan. Atas dasar kebutuhan tersebut, Loan Origination System (LOS) hadir untuk menjembatani. Loan Origination System adalah perangkat lunak yang digunakan oleh lembaga keuangan untuk mengelola seluruh siklus pemberian pinjaman. Ini meliputi proses pendaftaran, evaluasi kredit, pengambilan keputusan, penyelesaian dokumen, hingga pencairan dana.

LOS berfungsi untuk mengotomatiskan tugas-tugas yang terkait dengan pemberian pinjaman, meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan. Dalam praktiknya, LOS menyatukan berbagai fungsi dan departemen terkait dalam proses pemberian pinjaman. Tujuannya adalah meningkatkan kecepatan, akurasi, dan transparansi dalam memberikan pinjaman kepada pelanggan.

Artikel ini akan membahas tentang pengertian Loan Origination System (LOS) dan manfaat yang diberikan untuk institusi keuangan.

Pengertian Loan Origination System

Seperti diterangkan sebelumnya, pengertian Loan Origination System (LOS) adalah sistem yang mencakup proses pemberian pinjaman dari awal hingga penutupan. Sistem ini bekerja dengan mengintegrasikan proses pengajuan dan persetujuan pinjaman — memfasilitasi sistem kerja dalam seluruh rangkaian proses pinjaman, mulai dari pra-kualifikasi, penilaian, sampai dengan pencairan.

Cara kerja Loan Origination System bisa bervariasi, bergantung pada arsitektur yang didesain oleh lembaga keuangan yang mengaplikasikannya. Namun secara umum, dalam cara kerjanya LOS menangani sejumlah proses bisnis berikut ini:

Selain sejumlah proses di atas, LOS juga biasanya memiliki fitur tambahan seperti pelaporan, analisis portofolio, dan manajemen penagihan untuk membantu lembaga keuangan dalam mengelola portofolio pinjaman mereka secara efektif.

Manfaat Loan Origination System untuk Lembaga Keuangan

Terdapat sejumlah manfaat yang bisa didapatkan lembaga keuangan ketika memanfaatkan Loan Origination System. Berikut ini 4 hal esensial yang bisa didapatkan dari LOS:

Efisiensi operasional

LOS membantu mengotomatiskan banyak tugas manual yang terlibat dalam proses pengajuan pinjaman. Ini memungkinkan lembaga keuangan untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka, mengurangi kesalahan manusia, dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pinjaman. Proses yang lebih cepat dan lebih efisien dapat mengurangi biaya operasional secara keseluruhan.

Peningkatan kepatuhan

Dalam industri keuangan, kepatuhan terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku sangat penting. LOS dapat memastikan bahwa proses pengajuan pinjaman mematuhi semua persyaratan hukum dan kepatuhan yang relevan. Ini membantu mengurangi risiko perusahaan dan menghindari sanksi serta denda yang mungkin timbul akibat pelanggaran kepatuhan.

Peningkatan pengalaman pelanggan

Dengan LOS, proses pengajuan pinjaman menjadi lebih mudah dan lebih nyaman bagi pelanggan. Mereka dapat mengisi formulir aplikasi secara online, mengunggah dokumen yang diperlukan, dan melacak status pengajuan mereka. Penggunaan LOS juga memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan keputusan pinjaman secara cepat, mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Analisis dan pemantauan

LOS dapat menyimpan data dan informasi terkait pinjaman secara terpusat. Hal ini memungkinkan lembaga keuangan untuk melakukan analisis dan pemantauan yang lebih baik terhadap kinerja portofolio pinjaman mereka. Data historis dapat digunakan untuk menilai risiko kredit, mengidentifikasi tren, dan mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam hal penentuan suku bunga, limit kredit, dan kebijakan pinjaman lainnya.

Membangun Loan Origination System dengan Teknologi Open Finance

Ada banyak komponen dalam membangun Loan Origination System. Salah satu komponen tersebut adalah sistem penilaian skor kredit dan KYC yang akurat. Umumnya data yang digunakan adalah data bank dan SLIK untuk penilaian kredit, dan proses KYC manual untuk verifikasi data seperti slip gaji, histori rekening koran, dll.

Di era digital, proses tersebut dapat dipersingkat dengan proses yang lebih efisien melalui teknologi Open Finance. Brankas telah memfasilitasi institusi keuangan dalam proses KYC dan menyediakan data yang dibutuhkan untuk penilaian kredit dengan data dari berbagai sumber seperti Bank, e-wallet, ataupun kartu kredit.

Komponen lainnya untuk memperkuat Loan Origination System adalah sistem pendistribusian dana dan rekoleksi pembayaran pinjaman dimana masih banyak perusahaan yang melakukan hal ini secara manual dan membutuhkan beberapa hari kerja.

Proses ini juga dapat di otomasi dimana Brankas menyediakan produk Account Opening untuk membuka rekening bank secara langsung dan Disburse yang dapat digunakan untuk menyalurkan dana pinjaman

Dengan solusi Open Banking kelas dunia yang disuguhkan, Brankas memfasilitasi bank dengan beragam fitur Open Finance untuk membantu memonetisasi fitur-fiturnya melalui layanan API. Layanan ini telah disesuaikan dengan kepatuhan aturan SNAP Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia. Jaminan keamanan juga dilengkapi dengan kepatuhan sertifikasi ISO 27001 hingga PCI DSS.

Apakah Credit Score kamu bagus? Cara cek dan meningkatkannya

Ketika seseorang hendak mengajukan pinjaman ke institusi keuangan —baik itu bank maupun lembaga non bank—biasanya perlu melalui serangkaian tahapan, salah satunya penentuan skor kredit. Pinjaman hanya akan dicairkan manakala skor kredit seseorang tersebut bagus. Karena skor yang bagus mengindikasikan tingkat pengembalian yang baik, menghindarkan pemberi pinjaman akan risiko kredit macet.

Seiring semakin beragamnya mekanisme penilaian kredit, penting bagi calon nasabah mengetahui cara untuk cek dan meningkatkan skor kredit miliknya. Artikel ini akan membahas tentang cara mengetahui apakah skor kredit kamu bagus, dan bagaimana mengantisipasi agar skor tersebut tetap selalu bagus agar pinjaman yang diajukan bisa disetujui oleh lembaga keuangan terkait.

Tentang Skor Kredit

Di Indonesia, penentuan skor kredit utamanya diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulasi yang banyak dirujuk adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014.

Terkait skor kredit itu sendiri, di Indonesia terdapat berbagai lembaga informasi keuangan yang memberikan layanan tersebut. Metodenya juga berbeda-beda, sehingga menghasilkan indeks skor yang berbeda-beda pula. Salah satu contoh skor kredit yang diberikan adalah rentang nilai antara 300 hingga 850 dengan uraian sebagai berikut:

Skor kredit juga didasarkan pada kemampuan membayar debitur (ketepatan pembayaran pokok dan bunga), atau disebut kolektibilitas kredit. Informasi ini biasanya didapatkan melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang dikelola OJK. SLIK merupakan sistem informasi yang dikelola oleh OJK untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawasan dan layanan informasi di bidang keuangan.

Didasarkan pada tingkat kolektibilitas tersebut, mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, terdapat lima tingkatan yang disematkan kepada nasabah, sebagai berikut:

Cara Cek Skor Kredit

Untuk cek skor kredit pribadi, ada dua cara yang bisa dilakukan, yakni dengan permohonan SLIK ke OJK atau menggunakan layanan skor kredit yang disediakan oleh pihak ketiga — yang tentunya sudah mengantongi izin regulator.

Cek Skor Kredit di SLIK OJK

Permohonan SLIK di OJK dapat dilakukan secara offline maupun online. Untuk pengajuan secara offline, dapat mengikuti tata cara berikut ini:

  1. Pemohon SLIK bisa hadir ke kantor perwakilan OJK terdekat di kotanya masing-masing. Bisa kantor pusat, kantor regional, atau kantor pelaksana layanan IDebKu OJK.

  2. Siapkan salinan dokumen KTP atau Paspor, atau surat kuasa jika proses pengajuan diwakilkan. Kemudian mengisi formulir pengajuan yang telah disediakan.

  3. Setelah syarat terpenuhi, OJK akan melakukan penarikan data informasi debitur dan hasil akan dikirimkan melalui email yang didaftarkan.

Sementara itu, jika ingin mengajukan permohonan SLIK secara online, pengguna bisa memanfaatkan layanan iDebKu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Kunjungi situs iDebKu melalui tautan berikut ini: https://idebku.ojk.go.id. Kemudian pilih tombol “PENDAFTARAN”.

  2. Isikan data diri sesuai dengan formulir yang disediakan. Kemudian unggah dokumen persyaratan yang diminta oleh platform.

  3. Setelah pendaftaran berherhasil, pemohon akan menerima email dari OJK yang memuat nomor pendaftaran.

  4. Untuk melihat status SLIK yang dimohon, masuk kembali ke layanan iDebKu dan pilih tombol “STATUS LAYANAN”, lalu masukkan nomor pendaftaran yang sudah didapat sebelumnya. Biasanya OJK memproses permohonan iDeb dan mengirimkan hasilnya melalui email paling lambat 1 hari kerja setelah pendaftaran dilakukan.

Cek Skor Kredit dengan Layanan Ketiga

Saat ini terdapat sejumlah pengembang layanan skor kredit konsumer yang menjajakan layanannya secara gratis untuk membantu seseorang melihat skor kreditnya. Beberapa nama platform tersebut termasuk Pefindo, Skorlife, CekSkor, CekAja, IDScore, dan lain-lain. Untuk menggunakannya mekanisme langkahnya kurang lebih seperti ini:

  1. Kunjungi situs web atau unduh aplikasi layanan cek skor kredit yang dipilih.

  2. Pilih opsi “Cek Skor Kredit” atau “Layanan Skor Kredit” yang tersedia di situs web tersebut.

  3. Biasanya, pengguna akan diminta untuk membuat akun atau masuk dengan akun yang sudah ada. Jika belum memiliki akun, ikuti langkah-langkah untuk membuat akun baru.

  4. Setelah masuk, lengkapi formulir atau informasi yang diminta. Anda mungkin perlu memberikan informasi pribadi seperti nama, nomor KTP, nomor telepon, dan sebagainya.

  5. Setelah Anda mengisi formulir dengan benar, proses verifikasi akan dilakukan. Biasanya akan menerima kode OTP (One-Time Password) melalui SMS atau email untuk memverifikasi identitas Anda.

  6. Setelah verifikasi selesai, pengguna akan diberikan akses ke skor kreditnya. Pengguna dapat melihat skor kredit dan melihat detailnya, seperti riwayat pembayaran kredit, jumlah pinjaman yang sedang berjalan, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kredit.

Proses pengambilan dan analisis data ini dilakukan dengan mekanisme dan standardisasi yang disesuaikan dengan aturan regulator, sehingga ada jaminan keamanan untuk pemilik platform ataupun konsumen akhir.

Tips Meningkatkan Skor Kredit

Ada sejumlah tips yang dapat diikuti untuk meningkatkan skor kredit. Berikut langkah-langkah umum yang dapat dijadikan strategi dalam meningkatkan skor kredit seseorang:

Satu hal yang wajib diperhatikan diingat bahwa memperbaiki skor kredit tidak terjadi secara instan, dan butuh waktu dan konsistensi. Faktor-faktor lain, seperti lamanya riwayat kredit dan jumlah pinjaman yang pernah diambil, juga mempengaruhi skor kredit. Selalu mengikuti kebijakan dan praktik keuangan yang sehat dapat membantu membangun dan meningkatkan skor kredit seiring waktu.

Pengembangan Credit Scoring di Indonesia

Banyaknya pengembang layanan skor kredit tersebut tidak terlepas dari makin mudahnya akses ke infrastruktur pendukung, salah satunya berkat adanya platform berbasis Open Finance. Salah satu penyedia platform yang memudahkan pengembang untuk membuat layanan credit scoring adalah Brankas. Melalui layanan Brankas Data API, pengembang bisa menghadirkan kapabilitas untuk mengizinkan pengguna mensinkronisasi data keuangan bank mereka ke dalam platform, beberapa data lain yang dapat dipergunakan untuk skor kredit dan e-KYC yang Brankas sediakan juga meliputi e-wallet, dan data kartu kredit VISA.

Pengertian Credit Scoring, manfaat, dan penerapannya di Indonesia

Ketika seseorang mengajukan pinjaman ke bank, maka akan melewati sejumlah proses hingga akhirnya diputuskan pengajuannya diterima atau ditolak. Salah satu tahapan penting yang pasti dilakukan adalah penilaian kelayakan calon nasabah untuk menerima kredit atau disebut dengan istilah “credit scoring”. Lewat credit scoring ini, bank dapat mengurangi risiko gagal bayar yang mengakibatkan kerugian di sisi mereka.

Adapun credit scoring melibatkan sejumlah data penting nasabah, baik dari data histori keuangan atau transaksi lainnya. Menariknya, di era digital seperti saat ini, inovasi credit scoring turut berkembang pesat — memungkinkan bank dan institusi keuangan penyedia kredit untuk mendapatkan layanan penilaian yang lebih cepat, mendalam, dan efisien. Artikel berikut ini akan membahas tuntas tentang definisi credit scoring, cara kerja credit scoring, manfaat credit scoring, hingga inovasi-inovasi terkini dari layanan credit scoring di Indonesia.

Apa itu Credit Scoring?

Singkatnya, credit scoring adalah metode statistik untuk mengevaluasi risiko kredit suatu individu atau perusahaan berdasarkan informasi historis tentang perilaku kredit mereka. Metode ini digunakan oleh lembaga keuangan seperti bank, koperasi, hingga fintech untuk memutuskan apakah suatu peminjam akan diberikan kredit atau tidak, dan juga untuk menentukan jumlah kredit dan tingkat bunga yang akan diberikan.

Di Indonesia, regulasi tentang credit scoring salah satunya didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/2/PBI/2021 tentang Penilaian Kredit Berdasarkan Risiko. Beleid ini memuat prinsip-prinsip penilaian kredit berdasarkan risiko, termasuk penggunaan credit scoring sebagai salah satu metode yang dapat digunakan. Di aturan tersebut ditegaskan juga bahwa bank dan lembaga keuangan lainnya yang memberikan kredit harus melakukan penilaian risiko kredit terhadap peminjam berdasarkan informasi yang lengkap dan akurat, termasuk riwayat kredit dan data keuangan peminjam.

Adapun implementasi credit scoring harus didasarkan pada model statistik yang valid dan teruji, serta diuji secara berkala untuk memastikan keakuratannya. Bank dan lembaga keuangan juga diwajibkan untuk memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami kepada peminjam mengenai hasil penilaian risiko kredit yang dilakukan menggunakan credit scoring.

Mengenal Alternative Credit Scoring

Guna mendukung inovasi digital di bidang keuangan, Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan mekanisme regulatory sandbox. Ini sesuai dengan aturan POJK No.13/POJK.02/2018, di dalamnya terdapat sejumlah klaster inovasi layanan keuangan yang tengah masuk dalam tahapan pengujian dan perizinan di sisi model bisnis. Salah satu klaster yang dimiliki adalah Alternative Credit Scoring.

Sesuai yang tertuang dalam aturan, Alternative Credit Scoring adalah lembaga atau badan yang mengolah data selain data kredit ataupun turunannya menggunakan algoritma tertentu melalui teknologi nilai atau informasi untuk menghasilkan huruf yang menunjukan assessment kelayakan seseorang menerima layanan di Bidang Jasa Keuangan.

Mekanisme layanan Alternative Credit Scoring Mekanisme layanan Alternative Credit Scoring

Selain data dari bank nasabah, platform Alternative Credit Scoring bekerja dengan menyediakan layanan penilaian kelayakan kredit dengan berbagai jenis data — mulai data transaksi e-wallet, transaksi kartu kredit, e-wallet, dan data-data digital lainnya. Sifat dari platform ini adalah untuk melengkapi kapabilitas yang telah dimiliki dalam penilaian kredit.

Cara Kerja Credit Scoring

Cara kerja credit scoring dimulai dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan peminjam, seperti informasi pribadi, riwayat kredit, pendapatan, pekerjaan, dan lain-lain. Data-data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber, baik internal milik lembaga jasa keuangan maupun pihak ketiga. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik dan model yang telah ditentukan sebelumnya — saat ini algoritma perhitungan credit scoring sudah banyak dibantu oleh teknologi komputasi seperti dengan kecerdasan buatan atau pembelajaran mesin.

Berdasarkan hasil analisis data, peminjam diberikan skor risiko kredit. Skor ini menunjukkan seberapa besar risiko atau ketidakmampuan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya. Skor risiko kredit ini menjadi faktor penentu apakah bank atau lembaga keuangan akan memberikan kredit atau tidak, serta menentukan jumlah kredit dan tingkat bunga yang akan diberikan.

Penggunaan credit scoring dapat membantu bank dan lembaga keuangan dalam mengambil keputusan kredit yang lebih akurat dan efisien, serta meminimalkan risiko kredit. Namun, perlu diingat bahwa credit scoring bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan kredit.

Bank atau lembaga keuangan juga akan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti nilai jaminan, karakter peminjam, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kemampuan peminjam untuk membayar kembali kredit. Oleh karena itu, credit scoring harus digunakan bersama dengan analisis kualitatif yang cermat agar keputusan kredit yang diambil benar-benar akurat dan tepat.

Fungsi dan Manfaat Credit Scoring

Terdapat sejumlah fungsi dan manfaat credit scoring yang dapat dinikmati baik oleh bank, lembaga jasa keuangan, maupun nasabah, antara lain:

  1. Proses yang cepat dan efisien. Credit scoring memungkinkan lembaga keuangan untuk mengevaluasi kelayakan kredit peminjam dengan lebih cepat. Memanfaatkan model statistik dan data historis, proses penilaian risiko kredit dapat dilakukan secara otomatis — dan terdigitalsiasi.
  2. Meminimalisir risiko kredit macet. Melalui credit scoring, lembaga keuangan dapat meminimalkan risiko ketidakmampuan peminjam untuk membayar kembali kredit. Skor risiko kredit memberikan indikasi tentang seberapa besar kemungkinan peminjam akan mengalami masalah pembayaran. Dengan mempertimbangkan skor ini, lembaga keuangan dapat membuat keputusan kredit yang lebih informasional dan mengurangi risiko kerugian.
  3. Meningkatkan akurasi penilaian. Credit scoring menggunakan model statistik dan analisis data yang cermat untuk mengevaluasi risiko kredit. Dalam hal ini, platform tersebut dapat memberikan penilaian yang lebih objektif dan terstandarisasi. Dengan mengandalkan fakta dan data historis, penilaian kredit menjadi lebih akurat dan tidak tergantung pada penilaian subjektif individu. Hal ini membantu mencegah bias dan kesalahan penilaian yang dapat terjadi dalam proses penilaian manual.
  4. Membuka akses ke jaringan nasabah yang lebih luas. Bagi para peminjam, credit scoring dapat mempermudah akses terhadap kredit. Dengan memenuhi kriteria yang ditentukan dalam model credit scoring, peminjam yang memiliki rekam jejak kredit yang baik dapat lebih mudah memperoleh persetujuan kredit dan mendapatkan suku bunga yang lebih kompetitif. Hal ini membantu memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, memberikan kesempatan bagi individu dan usaha kecil untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan.

Credit Scoring di Open Finance

Open Finance merupakan konsep yang memungkinkan data dan layanan keuangan untuk dapat terhubung secara digital. Di dalamnya terdapat proses pertukaran data yang aman antarlembaga dan pihak ketiga melalui API terbuka. Melalui konsep ini, individu atau perusahaan dapat memberikan izin akses data keuangan mereka untuk digunakan pada kebutuhan tertentu. Ini memungkinkan integrasi yang lebih mudah antara layanan dan produk keuangan yang berbeda.

Data coverage

Dalam konteks credit scoring, Brankas dapat membantu lembaga jasa keuangan menyediakan data yang lebih luas untuk kebutuhan penilaian mereka seperti data bank statement, data e-wallet, bahkan data histori transaksi kartu kredit VISA untuk mendukung institusi keuangan di Asia Tenggara. Kapabilitas Open Finance yang dimiliki memungkinkan pengguna menghubungkan akun bank yang dimiliki ke platform fintech pihak ketiga untuk bisa berbagi data yang bermanfaat untuk membantu proses credit scoring.

Menggunakan Brankas APIs, pengembang platform seperti bank, p2p lending, personal finance management dan institusi keuangan lainnya dapat menyediakan fasilitas penilaian kredit yang lebih mendalam — dengan tetap memudahkan tim pengembang dalam mengakses dan mengelola berbagai data finansial penting.

Kenali Apa itu Core Banking System dan Manfaatnya Dalam Dunia Perbankan

Core Banking System adalah perangkat lunak perbankan yang digunakan untuk mengelola operasional inti mereka. Core Banking System turut menangani tugas-tugas penting seperti pengelolaan akun nasabah, transaksi keuangan, manajemen risiko, hingga pelaporan. Selain memudahkan kegiatan produktivitas di bank, Core Banking System juga berfungsi untuk mengintegrasikan produk dan layanan yang dimiliki — seperti tabungan, deposito, kartu debit/kredit, pinjaman, dan lain-lain.

Artikel ini akan membahas secara mendetail apa itu Core Banking System, manfaat Core Banking System, dan cara kerja Core Banking System untuk efektivitas layanan di perbankan.

Apa itu Core Banking System?

Core Banking System dapat dirangkum sebagai sistem komputer yang menyediakan integrasi terpusat dari fungsi operasional inti bank. Secara keseluruhan, Core Banking System Terdiri dari berbagai komponen yang terintegrasi untuk menyediakan layanan perbankan yang lebih efisien, cepat, dan akurat. Komponen-komponen ini bekerja bersama untuk mengelola operasi inti bank dan menyediakan layanan perbankan yang berkualitas tinggi kepada nasabah.

Manfaat core banking system

Core Banking System bekerja dengan mengintegrasikan semua layanan perbankan dalam satu sistem yang terpusat dan mengotomatisasi beberapa tugas yang sebelumnya dilakukan secara manual. Dalam melakukan ini, Core Banking System mempercepat proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan memungkinkan bank untuk memberikan layanan perbankan yang lebih baik kepada nasabah.

Manfaat Core Banking System

Core Banking System memiliki sejumlah manfaat bagi perbankan untuk meningkatkan operasional bisnisnya, berikut selengkapnya:

  1. Efisiensi Operasional: Core Banking System membantu bank dalam meningkatkan efisiensi operasional melalui pengelolaan transaksi yang lebih cepat dan akurat, integrasi sistem yang menyeluruh, dan manajemen risiko yang lebih baik.

  2. Penghematan Biaya: Core Banking System dapat menghemat biaya operasional karena memungkinkan pengolahan transaksi yang otomatis dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam proses bisnis.

  3. Peningkatan Layanan Nasabah: Core Banking System memungkinkan bank untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah melalui layanan perbankan online dan mobile banking yang tersedia 24/7, serta integrasi data nasabah dalam satu platform yang terpusat.

  4. Manajemen Risiko yang Lebih Baik: Core Banking System membantu bank dalam memantau dan mengelola risiko secara real-time, sehingga memungkinkan bank untuk mengambil tindakan yang diperlukan secara cepat dan mengurangi risiko yang tidak diinginkan.

  5. Pelaporan Keuangan yang Lebih Akurat: Core Banking System memudahkan bank dalam membuat laporan keuangan secara otomatis dengan mengintegrasikan data dari seluruh sistem perbankan, sehingga meningkatkan akurasi laporan keuangan dan mempercepat proses pelaporan.

  6. Inovasi Produk dan Layanan: Dengan Core Banking System, bank dapat mengembangkan produk dan layanan baru secara lebih cepat, serta mengintegrasikan produk dan layanan yang ada dengan lebih mudah.

Cara Kerja Core Banking System

Core Banking System mengintegrasikan seluruh aktivitas perbankan seperti pengelolaan rekening, transfer uang, penyelesaian transaksi, pemrosesan pinjaman, manajemen risiko, pengawasan kepatuhan, dan lain-lain. Sistem ini bekerja dengan mengumpulkan informasi tentang pelanggan dan rekening mereka, termasuk saldo, transaksi, pinjaman, dan produk keuangan lainnya. Setelah data dikumpulkan, Core Banking System memproses transaksi yang melibatkan rekening pelanggan, seperti transfer uang, penarikan uang tunai, dan pembayaran tagihan.

Sistem ini juga menghasilkan laporan keuangan untuk membantu bank memantau kesehatan keuangan mereka, termasuk laporan harian, mingguan, dan bulanan. Selain itu, Core Banking System membantu bank mengelola risiko, seperti risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional dengan menghasilkan laporan risiko dan memperkuat sistem pengawasan. Adanya Core Banking System memungkinkan bank memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan, seperti layanan perbankan internet, aplikasi seluler, dan layanan bank lainnya.

Managemen Resiko

Dalam rangka menjalankan semua fungsi ini, Core Banking System membutuhkan integrasi dengan sistem perbankan lainnya, seperti sistem pembayaran, sistem manajemen dana, dan sistem manajemen risiko, serta mengandalkan infrastruktur teknologi yang andal dan aman.

Untuk memperdalam pemahaman, berikut peran Core Banking System dalam sebuah proses transaksi yang dilakukan nasabah dalam sebuah ATM:

  1. Input Data: Data transaksi disediakan oleh nasabah melalui berbagai saluran, seperti mesin ATM, online banking, atau cabang fisik. Data kemudian dimasukkan ke dalam sistem oleh nasabah atau oleh petugas bank.

  2. Verifikasi dan Validasi: Data yang dimasukkan ke dalam sistem kemudian diverifikasi dan divalidasi oleh sistem untuk memastikan data yang dimasukkan akurat dan valid.

  3. Proses dan Penyelesaian Transaksi: Setelah diverifikasi dan divalidasi, transaksi diproses oleh sistem, dan dana atau transaksi lainnya ditransfer ke rekening nasabah yang sesuai.

  4. Manajemen Risiko dan Keamanan: Sistem juga berfungsi untuk mengelola risiko dan keamanan dengan mengidentifikasi potensi risiko dan memantau aktivitas mencurigakan atau tidak normal.

  5. Pelaporan: Core Banking System juga menghasilkan laporan keuangan dan pengawasan yang diperlukan oleh bank dan otoritas pengawas.

Regulasi Terkait Core Banking System

Di Indonesia ada sejumlah regulasi yang berkaitan dengan implementasi Core Banking System. Pertama ada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/29/PBI/2009 tentang Sistem Penyelenggaraan Teknologi Informasi pada Bank. Peraturan ini menjelaskan tentang kewajiban bank untuk memiliki sistem pengelolaan teknologi informasi yang handal dan aman, termasuk dalam penggunaan core banking system.

Selain itu, BI juga memiliki kebijakan tentang keamanan informasi perbankan, seperti Kebijakan BI Nomor 16/14/PBI/2014 tentang Penanganan Ancaman Keamanan Informasi pada Lembaga Jasa Keuangan. Kebijakan ini mengatur tentang tata cara pengamanan data dan informasi perbankan dalam penggunaan Core Banking System. Dalam rangka meningkatkan pengawasan dan pengendalian penggunaan, BI juga menerapkan program audit teknologi informasi secara rutin terhadap bank-bank yang beroperasi di Indonesia.

Selain regulasi dari BI, terdapat juga aturan mengenai perlindungan data pribadi, seperti Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik. Aturan ini berlaku untuk seluruh jenis sistem informasi, termasuk core banking system, yang mengumpulkan dan memproses data pribadi pelanggan.

Mengoptimalkan Core Banking System

Kemajuan teknologi yang ada saat ini memungkinkan sistem teknologi yang ada di perbankan untuk terhubung ke pihak ketiga yang relevan. Tujuan utamanya tentu untuk meningkatkan kapabilitas yang dimiliki sistem bank, sehingga bisa memberikan pelayanan yang lebih lengkap dan nyaman bagi para nasabahnya.

Terkait Core Banking System, Brankas memiliki layanan Open Core yang dapat membantu institusi perbankan Core Banking System yang dimiliki. Melalui APIX Open Core, Brankas menyediakan platform open source alternatif untuk meningkatkan sistem perangkat lunak core banking komersial.

Terdapat sejumlah manfaat penting dari layanan Open Core. Pertama, ini memungkinkan bank untuk mereduksi biaya Core Banking System, termasuk dari sisi pemenuhan lisensi sesuai aturan pemangku kebijakan. Kedua, dikarenakan Open Core berbasis open source memungkinkan setiap bank melakukan kustomisasi sesuai dengan skenario Core Banking System yang diinginkannya. Ketiga, platform ini cloud-native, sehingga memiliki tingkat skalabilitas dan ketersediaan yang tinggi.

Selanjutnya, API yang disediakan Brankas juga cukup luas sehingga memungkinkan untuk diimplementasikan ke berbagai fitur produk. Dan yang terakhir, Open Core sudah sesuai dengan standardisasi regulator, sehingga lolos proses compliance. Jika ingin mengetahui lebih lanjut manfaat Open Core, unduh whitepaper berikut ini: klik di sini.

Brankas Memperoleh Lisensi PJP 3 dari Bank Indonesia, Membuka Peluang Baru untuk Inovasi Sistem Pembayaran

Brankas (PT Brankas Teknologi Indonesia) berhasil memperoleh lisensi Penyedia Jasa Pembayaran Kategori Izin 3 dari Bank Indonesia. Capaian ini akan memperkuat misi Brankas untuk menyediakan infrastruktur yang andal dalam industri keuangan digital di Indonesia. Termasuk dalam menghadirkan inovasi-inovasi layanan baru yang dapat mendemokratisasi sektor pembayaran.

Berdasarkan aturan PBI No. 22/23/PBI/2020 tentang Sistem Pembayaran, Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) merupakan bank atau lembaga selain bank yang menyediakan jasa untuk memfasilitasi transaksi pembayaran kepada pengguna. Adapun aktivitas yang dilakukan PJP meliputi penatausahaan sumber dana, penyediaan informasi sumber dana, payment initiation dan/atau acquiring services, dan layanan remitansi.

Adapun lisensi yang didapat oleh Brankas adalah ada di kategori izin tiga, yang berkaitan dengan layanan remitansi dan/atau layanan pembayaran lainnya yang ditetapkan oleh BI. Izin ini memungkinkan Brankas untuk melahirkan inovasi pembayaran digital melalui serangkaian solusi Open Finance yang dimiliki.

“Kami sangat gembira atas izin PJP kategori 3 yang diperoleh Brankas dari Bank Indonesia. Dukungan ini akan memicu semangat kami dalam menghadirkan layanan sistem pembayaran yang lebih terjangkau dan inklusif di Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan regulator, peran mereka sangat penting untuk memperkuat ekosistem keuangan digital di Indonesia — dalam kaitannya memberikan pengawasan dan pendampingan guna memastikan produk-produk sistem pembayaran modern dan inovatif dapat terlahir dengan tetap mengedepankan sisi keamanan dan kenyamanan pengguna,” ujar Founder - Brankas, Todd Schweitzer.

Sebagai informasi, sebuah perusahaan sebelum mendapatkan izin PJP harus memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan BI, meliputi aspek kelembagaan, permodalan/keuangan, manajemen risiko, dan kapabilitas sistem informasi. Torehan izin PJP 3 oleh Brankas turut membuktikan bahwa empat aspek utama tersebut sudah terpenuhi dengan baik, sehingga memastikan layanan yang disuguhkan kepada pengguna sudah sesuai standardisasi dan compliance yang ada.

Layanan Pembayaran Digital Brankas

Saat ini Brankas menyajikan sejumlah platform teknologi keuangan yang difokuskan untuk membantu bisnis meningkatkan kapabilitas transaksi mereka. Salah satu layanan unggulan yang dimiliki adalah Brankas Disburse. Disajikan dalam bentuk Open API yang aman, Brankas Disburse memungkinkan pengguna melakukan pengiriman yang baik secara perseorangan maupun secara kolektif kapan pun dan di mana pun, baik dalam jumlah kecil maupun jumlah besar.

Layanan Pembayaran Digital Brankas

API Disburse Brankas dapat dihubungkan ke dalam sistem aplikasi yang dimiliki perusahaan, sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan beberapa hal, seperti mengautomasi pengiriman dana dari rekening bank perusahaan — baik ke vendor, karyawan, pelanggan atau siapa saja dengan pelaporan real-time. Model pembayaran otomatis ini dinilai cocok untuk menggantikan sistem manual, karena akan meminimalisir terjadinya human error dan menyederhanakan proses pencatatan.

Sistem pembayaran seperti ini sangat dibutuhkan di ekonomi digital saat ini. Adapun Brankas Disburse telah banyak digunakan dalam membantu berbagai industri. Misalnya memudahkan e-commerce untuk mengautomasi pembayaran ke vendor; membantu bisnis asuransi dalam mengelola pembayaran premi dan klaim — juga pembayaran komisi agen; membantu perusahaan besar dalam mendistribusikan penggajian; dan lain sebagainya.

Lisensi PJP 3 yang didapat Brankas tepat pada momentum pertumbuhan pembayaran digital yang sangat pesat. Menurut laporan yang dihimpun Statista, di tahun 2023 ini diproyeksikan nilai pembayaran digital di Indonesia akan menyentuh angka US$82,56 miliar, diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 12,26% di periode 2023-2027 mendatang. E-commerce menjadi penyumbang nilai transaksi terbesar dengan torehan US$76,89 miliar di tahun 2023 ini.

Selain layanan pembayaran, Brankas juga menyuguhkan rangkaian fitur Open Finance yang dapat diterapkan ke aplikasi keuangan digital. Sejumlah layanan yang dimiliki seperti API Aggregation untuk pembukaan akun bank secara digital hingga pengelolaan data transaksi bank (dan Visa). Brankas turut menyajikan infrastruktur pembayaran melalui layanan Open Core, Open Finance Suite, Merchant Link, dan platform payment gateway Yokke.

Informasi lebih lanjut tentang produk API dan infrastruktur keuangan digital Brankas, kunjungi situs: https://www.brankas.com.

Tentang Brankas

Brankas adalah penyedia teknologi open finance terkemuka di Asia Tenggara yang menyediakan berbagai layanan infrastruktur keuangan berbasis API. Selain itu Brankas turut menyediakan solusi data dan pembayaran untuk penyedia layanan keuangan (seperti bank, pemberi pinjaman, dan dompet elektronik) dan bisnis online. Brankas bermitra dengan bank untuk membangun dan mengelola infrastruktur open finance mereka, memproduksi API untuk pembayaran real-time, identitas dan data, pembukaan rekening baru, pengiriman uang, dan lainnya. Dengan teknologi open finance Brankas yang aman, bisnis online, perusahaan fintech, dan bank digital dapat menggunakan API Brankas untuk menciptakan pengalaman digital baru bagi penggunanya.

Berinvestasi dalam Solusi Open Banking untuk Pertumbuhan di Indonesia (Bag.1)

Indonesia sedang memulai proyek ambisius membangun ibu kota baru di Kalimantan, yang disebut Ibu Kota Nusantara (IKN). Jakarta, ibu kota saat ini, tidak akan lagi memegang gelar tersebut pada tahun 2024. Keputusan ini tidak muncul begitu saja. Ini merupakan gagasan yang telah diutarakan oleh mantan presiden Soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono saat mereka menjabat.

Jakarta dihadapkan pada potensi masalah kepadatan penduduk, polusi, bahkan bencana alam seperti gempa bumi. Lebih buruk lagi, kota ini secara perlahan tenggelam ke Laut Jawa, menghadirkan tantangan serius bagi masa depannya. Presiden Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, dengan sepenuh hati mendukung rencana ini. Ia secara resmi meratifikasi pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan di tahun 2019.

Mengapa Kalimantan? Presiden Jokowi melihat langkah ini sebagai solusi strategis untuk mengatasi masalah mendesak yang dihadapi Jakarta. Dengan memindahkan ibu kota ke Kalimantan, pemerintah Indonesia ingin mengurangi beban yang ada di Jakarta dan mendorong distribusi aktivitas ekonomi yang lebih adil di seluruh kepulauan yang luas. Keputusan berani ini menjanjikan awal yang baru bagi negara ini, dengan harapan masa depan yang lebih cerah serta berkelanjutan.

Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2023: Membuka Peluang Bisnis

Pemerintah Indonesia ingin menjamin bahwa bisnis lokal maupun internasional memiliki segala yang dibutuhkan untuk berkembang di ibu kota baru yang berkembang pesat ini. Pada Maret 2023, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2023 (PP 12/2023). Ini merupakan kerangka kerja yang mengatur bagaimana berbisnis di Nusantara dan apa saja insentif dan fasilitas yang tersedia bagi para investor. Bambang Susantono, Kepala Otoritas IKN, percaya bahwa PP 12/2023 adalah kunci penting yang akan membuka peluang besar di Nusantara. Dengan diberlakukannya regulasi ini, mereka berharap adanya gelombang investasi yang masuk dari perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia dan seluruh dunia.

Memberdayakan Bisnis dengan Solusi Pembayaran Tingkat Lanjut

Solusi pembayaran yang efektif dan efisien semakin dibutuhkan seiring bisnis-bisnis di dunia yang mulai mengarahkan pandangan mereka pada peluang menjanjikan di Nusantara. Di tengah lanskap ekonomi yang berkembang pesat di kawasan ini, para pelaku bisnis harus melengkapi dirinya dengan platform pembayaran yang tidak hanya memenuhi kebutuhan finansial mereka, tetapi juga sejalan dengan lanskap digital dan kerangka regulasi yang berkembang di wilayah tersebut.

Dalam lingkungan yang dinamis ini, solusi pembayaran inovatif memainkan peran penting dalam memberdayakan bisnis-bisnis untuk berkembang dan memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan Nusantara. Bagi wirausahawan lokal hingga investor internasional, memiliki infrastruktur pembayaran yang relevan dapat membuat perbedaan besar dalam meraih momen dan membuka potensi yang ada di pusat ekonomi yang sedang berkembang ini.

Purchase Checkout

Saat momentum perjalanan transformasi menuju Nusantara semakin terlihat, peran perusahaan yang menawarkan solusi pembayaran bisnis mutakhir menjadi semakin penting. Para perusahaan FinTech yang berpikiran maju ini tampil menjadi pusat perhatian, menawarkan platform pembayaran yang disesuaikan dan inovatif sejalan dengan kebutuhan bisnis yang terus berkembang di wilayah tersebut. Dengan menyediakan beragam solusi pembayaran yang komprehensif, perusahaan-perusahaan ini memberdayakan bisnis untuk mengarungi lanskap ekonomi yang dinamis dengan mudah dan percaya diri.

Transaksi keuangan yang efisien dan aman adalah salah satu kunci kesuksesan bisnis. Dengan munculnya pendekatan yang didasarkan pada digital, perusahaan-perusahaan FinTech ini berada di garis depan, mempromosikan metode pembayaran modern yang menyederhanakan operasional, mengurangi kompleksitas transaksi, dan meningkatkan efisiensi keuangan. Baik itu memfasilitasi pembayaran lintas batas secara lancar atau memungkinkan penyelesaian transaksi secara real-time, solusi pembayaran ini memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, baik skala besar maupun kecil.

Mengutamakan Kepatuhan dan Perlindungan Data

Para penyedia layanan keuangan harus memastikan kepatuhan dengan hukum yang berlaku, termasuk terkait dengan Pencegahan Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme (AML/CFT), perlindungan data dan informasi pribadi, serta transaksi elektronik. Dengan mengutamakan ketaatan hukum dan keamanan data, bisnis dapat dengan percaya diri mengandalkan platform pembayaran ini untuk mengerjakan urusan keuangan mereka dengan tenang dan penuh tanggung jawab.

Saat bisnis memanfaatkan kekuatan solusi pembayaran inovatif, menjaga keamanan informasi keuangan dan pribadi yang sensitif menjadi sangat penting. Penanganan dan perlindungan data pelanggan yang bertanggung jawab bukan hanya imperatif etis, tetapi juga penting untuk membangun kepercayaan pelanggan dan pemangku kepentingan. Pentingnya perlindungan data tidak dapat diabaikan. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Indonesia, atau Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi, memberikan ketentuan yang harus dipatuhi oleh bisnis.

Perusahaan-perusahaan yang menawarkan solusi pembayaran bisnis memahami tanggung jawab kritis ini dan mengambil langkah-langkah ketat untuk memastikan standar tertinggi dalam keamanan dan privasi data. Dengan menggunakan enkripsi mutakhir dan protokol keamanan yang kuat, mereka menciptakan platform pembayaran yang mampu melindungi bisnis dari ancaman siber, memastikan bahwa informasi sensitif tetap berada di tangan yang terpercaya. Saat Nusantara merangkul masa depan digital, komitmen kuat terhadap perlindungan data memperkuat dasar bisnis, menginspirasi kepercayaan dan mendorong kesuksesan jangka panjang di pusat perekonomian yang berkembang pesat ini.

Mendorong Inklusi Keuangan untuk Pertumbuhan yang Merata

Inklusi keuangan juga merupakan katalis utama dalam mendorong pertumbuhan bisnis di Nusantara. Saat wilayah ini membuka pintunya bagi beragam bisnis, memastikan akses luas terhadap layanan keuangan menjadi penting untuk mendorong kewirausahaan dan kemakmuran ekonomi. Dengan memberdayakan individu dan perusahaan dengan akses ke layanan perbankan, fasilitas kredit, dan solusi pembayaran terjangkau, inklusi keuangan menciptakan panggung yang setara, memungkinkan bisnis-bisnis dari berbagai skala untuk berpartisipasi aktif dalam lanskap ekonomi yang berkembang.

Usaha kecil dan menengah (UKM) mendapatkan manfaat dari inklusi keuangan yang terus ditingkatkan karena mereka mendapatkan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk memperluas operasional, berinvestasi dalam inovasi, dan mengakses pasar baru. Dengan ekosistem keuangan yang inklusif, bisnis-bisnis di seluruh Nusantara dapat berkembang, memicu siklus pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan berkelanjutan yang akan mendorong wilayah ini ke puncak yang lebih tinggi.

Dengan munculnya Nusantara sebagai ibu kota Indonesia, bisnis-bisnis memasuki era kemungkinan yang tak terbatas. Penyedia solusi pembayaran bisnis bertindak sebagai katalis, memberdayakan bisnis-bisnis untuk menangkap setiap peluang, tumbuh secara eksponensial, dan berkontribusi pada keberhasilan ekonomi wilayah tersebut.

Brankas: Memimpin dalam Solusi Pembayaran Bisnis

Brankas dengan bangga berada di garis depan dalam lanskap bisnis yang terus berkembang, memastikan para pengusaha selalu up-to-date dengan hukum dan regulasi bisnis terbaru. Sebagai penyedia layanan keuangan yang bertanggung jawab, para pengusaha mengakui pentingnya kepatuhan dalam lingkungan bisnis yang dinamis saat ini. Dengan tim ahli yang berdedikasi, Brankas berusaha lebih keras untuk membimbing bisnis-bisnis melalui kerumitan kerangka hukum yang selalu berubah, memastikan kepatuhan penuh terhadap persyaratan regulasi.

Memimpin dalam Solusi Pembayaran Bisnis

Sejalan dengan komitmen para pebisnis terhadap keunggulan, Brankas secara konsisten telah mengintegrasikan langkah-langkah kuat untuk mematuhi regulasi Pencegahan Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme (AML/CFT), melindungi bisnis dari kejahatan keuangan dan aktivitas terlarang. Para pebisnis dapat mengutamakan keamanan data pelanggan dengan ketat, mematuhi hukum perlindungan data pribadi yang ketat untuk menjaga kepercayaan dan kerahasiaan informasi sensitif pelanggan mereka.

Lebih dari sekadar kepatuhan, Brankas berusaha lebih dari itu untuk mendorong inklusi keuangan, memberdayakan bisnis-bisnis dengan solusi pembayaran inklusif. Dengan menawarkan akses ke layanan keuangan dan platform pembayaran yang efisien, Brankas memastikan bahwa bisnis-bisnis dari berbagai skala dapat aktif berpartisipasi dalam ekonomi yang berkembang pesat di Nusantara. Melalui berbagai solusi pembayaran yang komprehensif, mereka meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong pemberdayaan ekonomi, memungkinkan bisnis-bisnis untuk tumbuh, berinovasi, dan mencapai horizon baru.

Brankas teguh dalam dedikasinya untuk melengkapi bisnis-bisnis dengan solusi pembayaran yang patuh dan inovatif, mengarungi lanskap hukum yang kompleks dengan percaya diri. Dengan fokus strategis pada kepatuhan hukum, kepatuhan AML/CFT, perlindungan data, dan inklusi keuangan, Brankas dapat menjadi kekuatan transformatif dan membantu membentuk lanskap ekonomi Nusantara dan seluruh Indonesia menuju masa depan yang penuh kemajuan dan kemakmuran.

Referensi:

https://fulcrum.sg/the-nusantara-project-prospects-and-challenges/

https://www.cekindo.com/blog/investment-in-nusantara

https://www.aninews.in/news/world/asia/indonesias-capital-shift-to-nusantara-reflects-its-growing-strategic-economic-power-projection-ambitions20221105113346/

https://business-indonesia.org/news/govt-grants-incentives-to-attract-foreign-investors-to-ikn

https://www.pwc.com/id/en/media-centre/infrastructure-news/march-2023/promoting-ease-of-doing-business-at-ikn-govt-issues-government-regulation-12-2023.html

https://futuresoutheastasia.com/nusantara-new-capital-city-of-indonesia/

Peran Open Banking Berbasis Open API dalam Kolaborasi Perbankan dan Fintech

Menurut hasil riset Google, Temasek, Bain & Company yang dirilis pada 2022, populasi unbanked di Asia Tenggara masih besar di beberapa wilayah termasuk Indonesia (81%) dan Filipina (75%). Penelitian ini fokus mengukur kalangan penduduk di usia produktif yang belum tersentuh layanan keuangan secara optimal. Berbagai stakeholder berusaha untuk menekan gap tersebut, termasuk para pemain di bidang industri keuangan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggalang kolaborasi antar pemain di industri untuk menghadirkan inovasi yang lebih inklusif — termasuk yang dilakukan oleh perbankan dan startup fintech. Untuk mewujudkan kolaborasi ini, dibutuhkan standardisasi dan platform yang bisa menjembatani, sehingga muncul konsep Open Banking. Konsep ini memungkinkan pelaku di industri keuangan untuk bisa saling terhubung dan berbagi data guna mengembangkan layanan inovatif.

Artikel ini akan membahas bagaimana peran Open Banking, khususnya yang berbasis Open API dalam menjembatani kolaborasi antara pemain perbankan dan fintech di Asia Tenggara.

Bagaimana Open Banking berbasis Open API bekerja?

Sebelumnya penting untuk diketahui tentang bagaimana Open Banking dan Open API bekerja. Terdapat beberapa versi definisi dari Open Banking, namun secara umum pengertian Open Banking adalah suatu konsep yang memungkinkan pengguna (nasabah bank) membagikan data keuangan mereka dengan pihak ketiga seperti pengembang aplikasi fintech. Dalam praktiknya, bank sebagai pengelola data memberikan akses tersebut dengan tujuan untuk menciptakan solusi inovatif bagi para nasabahnya.

Open API (Application Programming Interface)

Sementara itu Open API (Application Programming Interface) merupakan antarmuka pemrograman aplikasi yang memungkinkan para pengembang aplikasi untuk mengakses data dan fungsi-fungsi tertentu dari suatu aplikasi. Dalam Open Banking, kegunaan Open API ini sebagai jembatan terhubungan sistem yang dimiliki bank dan Digital Bank dengan sistem yang dikembangkan oleh pengembang fintech.

Mekanisme Open API dinilai efisien, karena memungkinkan kedua belah pihak untuk saling terhubung tanpa harus mengetahui hal-hal yang terlalu mendetail dan kompleks. Sederhananya, bank dapat memilah data/fungsi apa saja yang siap untuk dipergunakan oleh pihak ketiga dan membuat API khusus untuk menghadirkan sambungan tersebut. Sementara di sisi pengembang, mereka juga hanya perlu mengintegrasikan layanan yang ada dengan API terstandardisasi yang telah disediakan pihak bank — tanpa harus melakukan konfigurasi dan mengetahui spesifikasi sistem secara rumit.

Regulasi dan Standardisasi dalam Open Banking

Jika merujuk pada histori perkembangannya, terminologi Open Banking pertama kali muncul sekitar tahun 2016. Kala itu Financial Conduct Authority di Inggris memperkenalkan aturan yang mengharuskan perbankan besar membuka data kepada pihak ketiga melalui API. Tujuannya untuk mendorong persaingan antarbank dan mempromosikan inovasi teknologi di sektor keuangan. Seiring waktu konsep ini mulai berkembang dan diadopsi di berbagai negara, termasuk di banyak negara di Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri, Otoritas Jasa Keuangan telah memperkenalkan regulasi Open Banking di tahun 2020. Aturan ini memungkinka perbankan membagikan data keuangan nasabah dengan pihak ketiga melalui persetujuan dari pengguna. Tujuannya sama, mendorong inovasi dan meningkatkan akses layanan keuangan formal bagi masyarakat. Satu tahun setelahnya, Bank Indonesia juga merilis Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) untuk mendorong integrasi, interkoneksi, interoperabilitas, serta keamanan dan keandalan infrastruktur sistem pembayaran.

Peluang Kolaborasi Perbankan dan Startup Melalui Open Banking

Open Banking dapat memainkan beberapa peran penting dalam mendorong kolaborasi antara bank dan fintech. Beberapa peran utama Open Banking dalam hal ini adalah sebagai berikut:

  1. Mendorong inovasi: Open Banking memungkinkan bank untuk membuka data mereka kepada fintech dan pihak ketiga lainnya melalui API, yang dapat digunakan untuk mengembangkan layanan keuangan baru dan inovatif. Hal ini memungkinkan bank dan fintech untuk bekerja sama dalam mengembangkan produk dan layanan yang lebih baik, yang dapat membantu meningkatkan kepuasan pelanggan dan memperluas jangkauan pasar mereka.
  2. Meningkatkan akses ke layanan keuangan: Open Banking memungkinkan fintech untuk mengakses data pelanggan dari bank, yang dapat membantu fintech untuk mengembangkan layanan keuangan baru yang lebih baik dan lebih terjangkau. Dengan demikian, Open Banking dapat membantu meningkatkan akses ke layanan keuangan, terutama bagi mereka yang sebelumnya sulit untuk mengakses layanan perbankan tradisional.
  3. Meningkatkan efisiensi: Open Banking memungkinkan fintech untuk menggunakan data pelanggan yang tersedia dari bank untuk mengembangkan layanan keuangan baru dengan lebih cepat dan lebih efisien. Dengan demikian, kolaborasi antara bank dan fintech dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pengembangan layanan keuangan baru.
  4. Mengurangi biaya: Open Banking dapat membantu mengurangi biaya pengembangan layanan keuangan baru. Dengan adanya akses ke data pelanggan dari bank, fintech tidak perlu mengumpulkan data pelanggan dari awal, sehingga dapat mengurangi biaya pengembangan produk dan layanan baru.
  5. Meningkatkan keamanan: Open Banking memungkinkan penggunaan data pelanggan yang aman dan terkendali melalui API. Hal ini membantu memastikan bahwa data pelanggan tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang dan membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam menggunakan layanan keuangan baru.

Open Banking dapat memainkan peran penting dalam mendorong kolaborasi antara bank dan fintech, yang dapat membantu meningkatkan inovasi, meningkatkan akses ke layanan keuangan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, mengurangi biaya pengembangan produk dan layanan baru, serta meningkatkan keamanan dan kepercayaan pelanggan dalam menggunakan layanan keuangan baru.

Mekanisme kolaborasi bank dan fintech lewat Open Banking

Mekanisme kolaborasi antara bank dan fintech melalui Open Banking melibatkan pendaftaran dan verifikasi, akses ke data pelanggan, pengembangan produk dan layanan, integrasi dengan sistem bank, dan peluncuran produk dan layanan. Berikut penjelasannya:

Pendaftaran dan verifikasi

Fintech yang ingin berkolaborasi dengan bank harus mendaftar pada platform Open Banking dan melewati proses verifikasi untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar keamanan dan privasi yang diperlukan untuk mengakses data pelanggan dari bank.

Mengakses data pelanggan

Setelah fintech terdaftar dan diverifikasi, mereka dapat mengakses data bank pelanggan melalui API yang disediakan oleh bank. Fintech dapat menggunakan data ini untuk mengembangkan layanan keuangan baru yang lebih baik dan lebih terjangkau.

Pengembangan produk dan layanan

Setelah fintech memiliki akses ke data pelanggan dari bank, mereka dapat mulai mengembangkan produk dan layanan baru yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Fintech dapat menggunakan data tersebut untuk mengembangkan layanan keuangan baru yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh pelanggan, seperti layanan pinjaman online, manajemen keuangan pribadi, dan layanan pembayaran digital.

Integrasi dengan sistem bank

Setelah fintech mengembangkan produk dan layanan baru, mereka harus mengintegrasikan produk dan layanan tersebut dengan sistem bank. Hal ini melibatkan pengembangan aplikasi dan integrasi API untuk memastikan bahwa produk dan layanan fintech dapat terhubung dengan sistem bank dengan mudah dan aman.

Peluncuran produk dan layanan

Setelah produk dan layanan fintech terintegrasi dengan sistem bank, mereka dapat diluncurkan ke pasar. Fintech dapat memasarkan produk dan layanan mereka melalui platform online dan aplikasi seluler, serta melalui kemitraan dengan bank untuk memperluas jangkauan pasar mereka.

Mengenal apa itu Disbursement dan Manfaatnya dalam Bisnis

Mengenal Apa Itu Disbursement dan Manfaatnya dalam Bisnis

Ketika memasuki dunia finansial, akan ada sejumlah istilah umum yang digunakan untuk mendefinisikan aktivitas tertentu. Salah satu istilah yang sering disebut-sebut adalah disbursement. Selain digunakan dalam lingkup institusi keuangan seperti perbankan, kata disbursement sebenarnya juga banyak dipakai dalam bisnis dalam kaitannya dengan akuntansi. Artikel ini akan membahas tentang apa itu disbursement dan manfaatnya untuk pengguna.

Apa itu disbursement?

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, disbursement berarti pembayaran atau pengeluaran. Dalam konteks tertentu, disbursement kadang juga diartikan sebagai biaya, pembelanjaan, atau kas. Lebih dari itu, definisi disbursement bisa lebih mendalam di dalam dunia perbankan dan bisnis. Dalam konteks perbankan, disbursement adalah proses pembayaran tunai atau langsung dalam suatu transaksi.

Sementara dalam konteks bisnis, definisi disbursement adalah pencairan dana yang dilakukan oleh perusahaan untuk tujuan tertentu, dana bersumber dari rekening bisnis atau akun keuangan lain yang dimiliki. Perusahaan menggunakan disbursement untuk melakukan berbagai hal, misalnya distribusi dana gaji, pembayaran invoice ke vendor, melunasi biaya sewa, dan lain sebagainya.

Untuk memudahkan proses disbursement tersebut, sejumlah produk aplikasi digital bisa digunakan oleh tim terkait. Bahkan saat ini ada juga platform berbasis Application Programming Interface (API) khusus untuk proses disbursement yang dapat diintegrasikan dengan sistem yang dimiliki perusahaan, sehingga menjadikannya lebih agile.

what is disbursement

Dalam transaksi disbursement juga ada sejumlah istilah yang sering menyertai, berikut ulasannya:

Cash Disbursement, Disbursement Journal, dan Receipt Journal

Di dalam proses transaksi disbursement, ada sejumlah istilah penting yang juga perlu dipahami seperti Cash Disbursement, Cash Disbursement Journal, dan Cash Receipt Journal. Ketiganya adalah aktivitas yang saling mengikat, terkait proses transaksi dan pencatatannya.

Cash Disbursement (Pengeluaran Tunai) adalah proses pembayaran uang tunai yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Proses Cash Disbursement sangat penting untuk memastikan pembayaran yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan arus kas.

Untuk mencatat setiap transaksi cash disbursement, perusahaan bisa menggunakan Cash Disbursement Journal (Buku Kas Pengeluaran). Cash Disbursement Journal adalah catatan atau buku kas yang mencatat setiap transaksi pengeluaran tunai yang dilakukan oleh perusahaan. Di dalam jurnal ini, setiap transaksi yang dilakukan dicatat secara terperinci, termasuk tanggal transaksi, nama penerima pembayaran, jumlah uang tunai yang dikeluarkan, dan tujuan pengeluaran uang tersebut.

Selain Cash Disbursement Journal, perusahaan juga biasanya menggunakan Cash Receipt Journal (Buku Kas Penerimaan). Cash Receipt Journal adalah catatan atau buku kas yang mencatat setiap transaksi penerimaan tunai yang diterima oleh perusahaan. Dengan mencatat setiap transaksi dalam Cash Disbursement Journal dan Cash Receipt Journal, perusahaan dapat memantau arus kas yang masuk dan keluar dengan lebih efektif, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan tepat dalam pengelolaan keuangan perusahaan.

Manfaat pengelolaan disbursement

Dalam bisnis, pengelolaan disbursement yang baik akan membantu dalam mengoptimalkan penggunaan dana dan memastikan keberlanjutan. Oleh karena itu, penting bagi para pemilik bisnis untuk memperhatikan pengelolaan disbursement dalam bisnis mereka dan memastikan bahwa setiap pengeluaran dilakukan dengan benar dan tepat sasaran.

Manfaat dari pengelolaan disbursement yang baik adalah sebagai berikut:

  1. Mencegah kesalahan dalam pengeluaran Dengan adanya sistem disbursement yang terstruktur dan terorganisir, bisnis dapat memastikan setiap pengeluaran uang dilakukan dengan benar sesuai dengan kebutuhan bisnis. Dengan demikian, dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam pengeluaran uang yang dapat berdampak pada keuangan bisnis.

  2. Memudahkan pelacakan pengeluaran Dengan mencatat setiap pengeluaran bisnis dalam sistem disbursement, pemilik bisnis dapat dengan mudah melacak setiap pengeluaran dan memastikan bahwa pengeluaran tersebut benar-benar diperlukan untuk kelangsungan bisnis.

  3. Mengoptimalkan penggunaan dana Dengan adanya sistem disbursement yang terorganisir, bisnis dapat mengoptimalkan penggunaan dana bisnis dengan memprioritaskan pengeluaran yang benar-benar diperlukan. Hal ini akan membantu bisnis dalam menghindari pemborosan dan menjamin kelangsungan bisnis yang berkelanjutan.

  4. Mempermudah pengelolaan pajak Dengan mencatat setiap pengeluaran bisnis dalam sistem disbursement, bisnis dapat dengan mudah menghitung dan mengelola pajak yang harus dibayar. Hal ini akan memudahkan bisnis dalam mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku dan menghindari sanksi dari otoritas pajak.

Platform disbursement untuk bisnis

Proses pencairan dana bisa saja mudah jika hanya dilakukan untuk satu-dua transaksi saja, terlebih untuk keperluan personal. Namun jika disbursement yang dilakukan melibatkan kuantitas dan nominal transaksi yang besar dan diperlukan pencatatan mendetail, maka diperlukan alat bantu.

Ada berbagai platform digital yang bisa dimanfaatkan bisnis untuk melayani proses disbursement. Adapun inovasi yang cukup menarik untuk digunakan adalah menggunakan mekanisme API Disburse. Layanan ini memungkinkan perusahaan memiliki sebuah sistem untuk memudahkan mereka mengirim dana dari berbagai rekening bank.

Brankas adalah penyedia layanan API Disburse berlisensi di Indonesia dengan berbagai keunggulan yang bisa diandalkan. Pertama, mekanisme yang fleksibel. Dengan layanan disbursement dari Brankas, pebisnis bisa melakukan pencairan dana dari rekening bank perusahaan apapun, baik melalui API (yang dihubungkan ke aplikasi milik perusahaan) maupun melalui dasbor intuitif yang mudah digunakan.

Kedua, layanan ini memiliki sistem pencatatan dan pembaruan status secara real-time atas transaksi pencairan dana yang dilakukan. Ketiga, jaminan keamanan ekstra untuk setiap transaksi yang telah dilakukan.

API Disburse milik Brankas juga memiliki biaya yang sangat terjangkau. Ketika diimplementasikan, pelanggan akan mendapatkan gratis biaya integrasi dan jaminan keandalan sistem. Adapun biaya transaksi hanya dipatok Rp2.500,- untuk sesama bank dan Rp3.500,- untuk rekening bank yang berbeda.

disburse table Tabel biaya layanan API Disburse yang dimiliki Brankas / Sumber: Brankas

Dengan menggunakan layanan digital, proses disbursement kini bisa tercatat ke jurnal secara otomatis – pebisnis hanya cukup melakukan analisis terhadap rekap transaksi yang terjadi. Selain itu, terdapat kemudahan untuk melakukan automasi, sehingga untuk berbagai pembayaran terjadwal seperti penggajian atau pembayaran asuransi bisa dijadwalkan secara otomatis melalui sistem.

Humans of Brankas Spotlight: Michelle Christine

Michelle Christine: Generasi Penerus di People Operations Associate

Michelle merupakan sosok yang terlahir ramah pada setiap orang,tidak mengejutkan lagi jika dia memulai karir dan berkembang dalam suatu hal yang dapat membuat dirinya menjadi individu yang dapat memahami orang lain. Minggu ini, kami akan membahas Michelle Christine, anak muda yang aktif dan semangat, salah seorang dari People Operations Associate di Brankas. Dia akan menceritakan bagaimana awal mula tentang ketertarikannya terhadap interaksi kepada orang lain dan kebiasaannya dan bagaimana rencana kedepannya untuk team perekrutan di Brankas.

Tolong ceritakan tentang dirimu, minat dan apa yang kamu lakukan diluar jam kerja.

Saya merupakan orang yang senang bersosialisasi dan saya menyukai pekerjaan baik itu yang berhubungan dengan interaksi kepada orang lain atau berhubungan dengan alat.

Saya terlahir dari keluarga yang menyukai musik dan sudah diperkenalkan dengan banyak alat musik dari kecil. Musik sudah menjadi bagian dalam keseharian saya. Selain musik, saya juga bepergian setiap kali ada kesempatan. Melihat kebudayaan yang berbeda dan bertemu dengan orang - orang baru bukan hanya menyenangkan tapi juga mengajari saya banyak hal baru, saya banyak belajar hal baru ketika saya bepergian ke tempat lain.

Saya juga suka bermain game, merawat tanaman - tanaman sukulen saya dan menonton film thriller atau serial TV.

Jurusan apa yang kamu ambil ketika kuliah dan apa kegiatanmu sebelum bergabung dengan Brankas?

Sebenarnya lucu, saya tidak memiliki latar belakang di bidang komunikasi atau bisnis. Saya mengambil jurusan Telecommunication Enginering ketika kuliah. Sejujurnya, saya juga tidak tahu apa itu Telecommunication Engineering saat itu, karena ini merupakan bagian dari Electrical Engineering dan saya juga selalu senang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan alat atau mesin, jadinya saya ambil kesempatan tersebut dan saya mulai belajar suatu hal yang benar - benar baru.

Ketika saya tahu Brankas, itu merupakan tahun terakhir saya di kampus dan sedang mengerjakan skripsi. Brankas sangat mengerti, mereka memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan skripsi dan bergabung menjadi full-team setelahnya.

Apa yang kamu pelajari dari Brankas dan apa yang membuatmu untuk memutuskan bergabung dengan Brankas?

Saya tahu Brankas dari Pameran Bursa Kerja disalah satu universitas di salah satu daerah dimana saya tinggal. Yang menarik perhatian saya, Brankas hampir ‘tidak terlihat’ diantara perusahaan - perusahaan besar yang ada disana saat itu.

Saya bertemu beberapa staff Brankas saat itu yang menjelaskan secara detail apa itu Brankas. Saya juga tidak pernah mendengar istilah *Open Banking, *saya jadi penasaran dan berpikir “tidak ada ruginya jika saya coba”, maka itu saya memutuskan untuk mengirim CV saya ke Brankas dan akhirnya diterima!

Bagaimana ceritanya, dari Telecommunication Engineering ke People Management? Bagaimana masa transisi nya saat itu?

Selama masa kuliah, saya selalu aktif di berbagai organisasi. Salah satu organisasi yang saya ikuti saat itu adalah IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi kepala Human Resource dan saya menyukainya. Itu merupakan pertama kali nya saya kenal dengan dunia yang langsung berhubungan dengan orang lain, hal itu merupakan hal yang baru tapi saya langsung menyukainya.

Saya rasa itu adalah titik balik ketika saya akhirnya mengetahui salah satu minat saya adalah untuk bekerja dan berhubungan dengan orang banyak.

Apa sih People Operation Associate itu? Dan bagaimana biasanya keseharianmu?

People Operation adalah satu team yang fokus pada hubungan terhadap banyak orang, bukan hanya peraturan, regulasi, kebijakan dan prosedur. Menjadi bagian dari team People Operations artinya kamu dapat mencapai perkembangan yang berkesinambungan dan kesejahteraan orang banyak.

Karena pekerjaan utama saya adalah perekrutan, saya selalu berurusan dengan siklus dan proses perekrutan setiap harinya, termasuk menyeleksi, wawancara, me-review, dan terus tetap meng-update setiap proses kepada setiap manajer dan team yg terlibat.

Selain perekrutan, saya juga membantu team operasional di Indonesia dimana saya harus bekerja dengan atasan yang unik dan luar biasa.

Apa yang sangat kamu sukai dari pekerjaanmu?

Satu hal yang sangat saya sukai dari pekerjaan saya adalah saya harus bekerja dan bertemu dengan banyak orang dengan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda)

Mungkin hal ini akan terdengar lucu, namun menjadi bagian dari proses perekrutan dan menghubungi orang yang sedang mencari kesempatan kerja, terasa sangat menyenangkan.

Sebagai generasi penerus dari People Operations Associate, apa sih tujuanmu untuk Brankas itu sendiri? Seperti project yang akan kamu buat dan langkah apa yang akan kamu buat untuk membuat Brankas menjadi organisasi yang mengglobal?

Pembelajaran yang konstan dan bekerja dengan People Operation team di Brankas merupakan prioritas dan tujuan utama saya.

Diluar jam kerja, saya masih menyelesaikan pendidikan Master saya di International and Intercultural Communication (LSPR) dimana saya dapat lebih memahami budaya yang berbeda-beda dan mengajari saya bagaimana cara berkomunikasi dengan team dari berbagai macam negara.

Saya ingin sekali melihat Brankas menjadi salah satu organisasi terbaik untuk bekerja. Saya mau setiap pekerja/staff memiliki pengalaman lain dengan kultur budaya yang berbeda dari team di negara lain, dari sisi perekrutan dan bahkan setelah mereka memutuskan untuk memulai pengalaman baru lagi setelah dari Brankas

Sebagai salah satu dari inisiatif dari Brankas People, team kami sekarang sedang bekerja keras pada Applicant Tracking System (ATS) agar kami dapat memiliki pengalaman lain dari sisi perekrutan. Salah satu yang termasuk dalam hal ini adalah employer branding:

-Kami telah membenahi Careers Page kami (Brankas memiliki tampilan website baru loh!)

-Sekarang kami sangat aktif di media sosial

-Kami secara berkesinambungan terus meningkatkan kualitas dari pedoman sistem kerja di Brankas

Sangat penting untuk kandidat, calon karyawan untuk Brankas, tahu apa yang kami tawarkan kepada mereka.

Apa sih yang menjadi tantangan terbesar kamu dalam mengatur team yang sangat global?

Tantangan terbesar saya saat ini adalah saya harus beradaptasi dengan banyak orang dengan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda dan bagaimana setiap orang memiliki cara kerja yang berbeda antara satu dan yang lain.

Menjadi bagian dari team yang global, bagaimana cara kamu mendapatkan kandidat untuk pekerja?

Kami mendapatkan kandidat dengan banyak cara. Situs karir, situs lowongan kerja yang terkenal,komunitas, dan referal dari rekan kerja di Brankas itu sendiri. Mencari kandidat untuk team yang global bisa menjadi tantangan tapi sangat menyenangkan. Kamu harus menyesuaikan bagaimana setiap kandidat dari negara lain yang menunjukkan kemampuan mereka dan bagaimana mencocokkan kandidat dengan kriteria apa yang diinginkan dari Brankas.

Apa yang sangat kamu banggakan dari Brankas dan bagaimana cara kamu untuk memberitahukan hal tersebut kepada kandidat yang potensial?

Semua hal yang termasuk dalam keberagaman dan fleksibilitas adalah beberapa hal yang membuat saya bangga dengan organisasi ini, terutama untuk People Team.

Kesan pertama sangat penting setiap saya berbicara atau ketika saya sedang mendekati seorang kandidat. Dalam pesan yang pertama kali saya kirimkan, saya selalu berusaha untuk menyampaikan bagaimana suasana bekerja di Brankas. Saya ingin para kandidat merasakan bahwa Brankas sangat tertarik untuk berbicara kepada mereka, bagaimana kita sangat beruntung memiliki team yang sangat luar biasa yang menunjukkan kebersamaan, perbedaan dan fleksibilitas.Hal-hal tersebut yang saya ingin sampaikan kepada semua kandidat yang saya temui.

Ini adalah sebuah usaha dari team kami!

Mengapa Brankas menjadi salah satu tempat terbaik untuk bekerja?

Untuk saya, fleksibilitas dan ruang untuk bisa berkembang sebagai individu adalah hal yang sangat penting dan saya mendapatkan semuanya itu di Brankas. Saya percaya suatu tempat terbaik untuk bekerja adalah tempat dimana kalian bisa berkontribusi kepada perusahaan dan bisa belajar dalam satu waktu. Saya sangat menghargai fleksibilitas yang kami miliki yang mengizinkan kita untuk menyeimbangkan sisi profesionalisme dan kehidupan pribadi.

Lingkungan kerja di Brankas adalah perpaduan yang pas antara profesionalisme dan hal yang menyenangkan – itu adalah rahasia kami. Di Brankas, kami sering berkumpul bersama bahkan diluar jam kerja hanya untuk berbagi pengalaman antara satu dan yang lainnya. Disini saya menemukan rekan kerja yang luar biasa yang berubah menjadi teman yang menyenangkan seiring berjalannya waktu. Apa kamu tertarik untuk berkarir di bidang fintech?

Bergabunglah dengan Brankas Team!

Brankas membawa Open Banking ke seluruh negara di Asia Tenggara. Visi kami adalah untuk membuat sistem jasa keuangan modern yang dapat tersedia untuk siapa saja.